Suatu hari saya
mendatangi sebuah tempat makan, alasan saya datang ke tempat tersebut adalah
karena tempat makan tersebut terkenal memiliki makanan yang lezat. Dengan
sebuah harapan besar, bahwa saya akan mendapatkan makanan yang lezat, saya
masuk ke sana. Setiba disana harapan yang ada tiba-tiba buyar. Saya dan teman
duduk di tempat makan tersebut dan tidak ada satupun pelayan yang menghampiri.
“kok gw dicuekin sih” pikir saya dalam hati. Teman saya langsung saja memanggil
pelayan, dan tanpa disangka pelayan tesebut hanya memberikan menu dan kertas
serta alat tulis, tanpa penjelasan atau perkenalan apa-apa. Lalu kami memesan,
dan hingga kami selesai makan, bisa dikatakan pelayanan yang kami dapat sangat
buruk, dan makanan yang kabarnya lezat tersebut tampak hambar dan tanpa
kelebihan apa-apa.
Suatu hari saya ke
sebuah toko buku dan membeli buku “starbucks experience”. Membaca buku itu
dalam waktu singkat membuat saya tertarik untuk datang ke starbucks dan
menikmati “pengalaman” yang khas starbucks. Dalam buku tersebut dijelaskan
bagaimana sistem staffing di starbucks menuntut jiwa staff yang baik,
ramah dan murah senyum, karena starbucks yakin bahwa staf atau dalam hal ini
pelayan adalah garda terdepan dan akan memberikan pencitraan kepada pelanggan.
Pada suatu siang, saya meniatkan diri untuk merasakan “pengalaman ala
starbucks”. Setiba disana saya disambut dengan senyuman seorang pelayan, dan
dalam perjalanan ke counter pembelian, dan nuansa cozy saya dapati dalam toko tersebut. Melihat wajah cerah dan ramah
dari pelayan membuat saya semakin nyaman. Setiba di counter –lagi-lagi- saya
disambut dengan muka bahagia pelayan dan menawarkan berbagai minuman kopi yang
ada. Mungkin dia bisa melihat saya bukan pelanggan starbucks, akan tetapi
seorang yang pertama kali datang, sehingga bingung ingin memilih minuman yang
mana-secara banyak jenis kopi di starbucks-. Dan seketika saya seperti
dibimbing untuk memilih kopi yang tepat.
“mau yang dingin
atau yang panas” pelayan tersebut bertanya.
“hmhmh..kayaknya
yang dingin deh” saya menjawab
Lalu pelayan
tersebut melanjutkan “kalo yang dingin kami ada yang ini.... ini .... ini ....(
saya lupa nama pastinya)”. “tapi biasanya anak muda suka yang frappucinno
blended ....”
“yawda yang itu
aja” saya memutuskan.
Pelayanan yang
mengesankan berlanjut, pelayan tersebut menunjukkan kepada saya counter additional ingredients , semacam tempat
untuk menambahkan gula, susu, atau coklat bubuk. Lalu saya duduk, entah mengapa
ramahnya pelayan-pelayan di starbucks membuat saya jadi nyaman, dan harga kopi
yang mencapai 40.000 rupiah terasa sebanding dengan apa yang saya dapat.
Kisah diatas adalah
perbandingan dua kisah yang pernah saya alami. Saya berpikir saat menikmati
kopi starbucks. Kalau semua kader LDK punya jiwa ramah, murah senyum, bersikap
postif dan selalu bahagia. Alangkah indahnya dan mudahnya bagi LDK untuk
mengajak massa kampus lain untuk bergabung dengan LDK ( atau dalam hal ini
tertarik untuk mengikuti agenda LDK ). Semakin saya sadari lagi, bahwa kader
adalah agen, sekaligus sales, sekaligus media promosi, dan juga wajah yang akan
memberikan pencitraan kepada LDK.
Seorang kader yang
baik, ramah, berbudi pekerti baik akan memberikan dampak positif dan pencitraan
yang baik pula untuk LDK. Seorang kader yang berkemampuan akademik baik serta
memilik IP yang tinggi akan membuat massa kampus melihat bahwa kader LDK adalah
kader yang pintar-sebuah citra baik untuk LDK-. Seorang kader yang bijak, murah
senyum dan gemar menyapa langsung objek dakwah, akan memberikan sebuah persepsi
bahwa LDK inklusif.
Memang perlu
disadari bersama bahwa kader adalah media promosi paling efektif. Kita perlu
membiasakan kader terlibat secara personal dalam mengajak mahasiswa untuk
datang ke acara yang kita adakan. Jangan hanya mengandalkan poster atau
pamflet. Kader LDK adalah wajah dari LDK. Baik buruknya kader adalah cerminan
dan persepsi terhadap LDK. Seorang pemimpin LDK perlu menjamin kualitas dari
kader ini sebagai agen dakwah.
Mempersiapkan kader
untuk berdakwah dimanapun dia berada, perlu berbagai pembekalan. Poin kedua
yang harus disiapkan setelah ilmu yang mencukupi, adalah interpersonal kader
yang supel, ramah, murah senyum dan bijak. Pendekatan ini sangat penting dan
semua kader harus memahami dengan baik. Kembali kepada konsep bahwa LDK adalah
lembaga berbasis kader, maka kader kita harus disiapkan dengan baik.
Berikut saya akan
memberikan tips bagaimana seorang kader harus memiliki paradigma berpikir
secara individu, yang dimana konsep ini bisa dijadikan nilai dasar kader dalam
menyiarkan Islam secara personal. Tips ini bisa digunakan untuk berbagai hal
seperti pencitraan LDK, dakwah fardiyah, mempromosikan kegiatan atau bahkan
dalam pengajuan proposal sponsorship.
Soul to Soul
Telinga hanya bisa
disentuh dengan mulut, dan mulut hanya bisa diredam dengan telinga. Begitupula,
hati, yang hanya bisa luluh oleh hati. Seseorang yang bahagia akan terpancar
dari senyumnya. Seseorang yang memahami betul apa yang dilakukan akan terpancar
dari tatapan matanya. Seseorang yang sungguh sungguh melakukan sesuatu hal akan
tampak dari raut wajahnya. Begitulah kurang lebih inti dari soul to soul, seorang kader yang memahami apa yang dilakukan
dan diniatkan dengan ikhlas, lalu dilakukan dengan sungguh-sungguh, sehingga
kebahagiaan dan kepuasan tampak pada diri seorang kader.
Jiwa seperti inilah
yang dibutuhkan seorang kader, kekuatan ini akan berdampak pada konsistensi
seorang kader. Karena ia menjalankan segala sesuatu dalam dakwah dengan
pehamaman yang kuat, dan hati yang ikhlas. Sehingga ketika ada tantangan atau
rintangan,tidak menjadi sebuah alasan untuk mundur, tapi justru menjadi
penambah semangat untuk bisa berjuang lebih. Ketika ada kekecewaan yang di
alami, tidak menjadi alasan baginya untuk mundur, karena Allah lah tujuan ia
semata.
Seorang dosen saya
pernah mengatakan “kamu harus all out
dalam segala hal”. Penjiwaan dalam melakukan aktifitas dakwah akan memberikan
dampak kader sangat all out dalam berdakwah. Konsep ruhiyah yang saya
pahami adalah, keterlibatan jiwa ini pada setiap aktifitas kita. Bukan hanya
sekedar berapa banyak halaman Al Qur’an yang dibaca atau berapa lama shalat
malam yang dilakukan. Karena ibadah tersebut hanya akan jadi ibadah biasa jika
tidak berdampak pada semangat kita bergerak.
Kekuatan soul to soul ini pula yang akan memberikan pencitraan di
massa kampus. Orang luar LDK akan melihat kader kita sungguh-sungguh dan penuh
kerja keras dalam setiap urusan. Pencitraan ini memberikan dampak positif bagi
LDK dalam mengembangkan sayap dakwahnya.
Spiritual and Strong
Seorang kader
dakwah harus memiliki kedekatan kepada Allah dengan baik. Kedekatan ini
terpancar dari sikap yang tampak. Seorang yang dekat dengan Allah biasanya
mempunyai kharisma yang kuat. Kedekatan ini bisa diperoleh dengan banyaknya
interaksi kader dengan Qur’an dan rutinya ibadah kepada Allah, terutama ibadah mahdah seperti shalat dan tilawah.
Kekuatan spiritual ini sangat berdampak pada ketenangan diri dalam mengambil
kebijakan. Salah seorang mantan kepala GAMAIS ITB pernah berkata kepada saya,
bahwa sejak menjadi kepala GAMAIS ITB, jumlah tilawah beliau tidak pernah
kurang dari 3 juz setiap hari. Seorang kepalda GAMAIS ITB lain bercerita, bahwa
ia tidak mau memimpin sebuah rapat jika malamnya ia tidak shalat malam.
Kedekatan ruhiyah adalah paramater keberhasilan dakwah, dan keberkahan dakwah
yang kita lakukan sangat tergantung pada kedekatan kader kepada Allah.
Dampak langsung
dari kekuatan spiritual ini adalah, ketenangan dan kedamaian dalam LDK, LDK
akan tenang dan nyaman. Serta Allah senantiasa membukakan hati-hati kader kita
untuk terus bergerak. Bergerak tanpa diperintah, bergerak dengan sepenuh hati
dalam naungan Islam. Karena sesungguhnya Allah lah yang membukakan hati ini,
dan Allah pulalah yang menyatukan hati ini. Hati kita dengan semua kader LDK,
dan hati kader LDK dengan semua mahasiswa di kampus.
Selai itu kader
dakwah harus berjiwa ksatria, pantang menyerah dan selalu optimis. Seorang
kader dakwah tidak boleh berpikir negatif terhadap LDK nya. Anda harus
menanamkan dalam pikiran anda bahwa andalah yang terbaik, dan LDK anda adalah
yang terbaik. Dalam buku “the secret” yang pernah saya baca. Dikenal dengan
istilah “law of attraction”, sebuah pemikiran bahwa alam akan memantulkan apa
yang kita pikirkan dan alam akan mendukung apa yang kita inginkan.
Saya selalu mencoba
membuat benak dan pikiran saya akan suatu hal yang positif, ketika awal saya
menjadi kepala GAMAIS ITB, saya pernah berpikir bagaimana lembaga dakwah
program studi dan lembaga dakwah fakultas bisa berjalan seiring dengan GAMAIS
ITB. Saya selalu memikirkan ini dan menyampaikan juga gagasan saya ke kawan
kawan yang lain, dan hasilnya setelah 6 bulan kami mengembang amanah di GAMAIS
ITB cita-cita itu tercapai yang terbukti dengan suksesnya muktamar GAMAIS ITB,
dimana saat itu pertama kali dalam sejarah GAMAIS ITB, visi, misi serta
rancangan dakwah kita selama 6 tahun mendatang dipikirkan bersama antara GAMAIS
pusat, Lembaga dakwah program studi, dan lembaga dakwah fakultas, dan kata
ganti “kita” mulai muncul sebagai representatif dari GAMAIS pusat, Lembaga
dakwah program studi, dan lembaga dakwah fakultas. Saat ini ketika disebut
GAMAIS maka yang dimaksud adalah LDK, LDF, dan LDPS.
Seorang kader
dakwah pun harus pantang menyerah dalam kegagalan. Sudah menjadi hal yang lumrah
manusia gagal. Seorang yang hebat bukanlah seorang yang tidak pernah gagal akan
tetapi seorang yang cepat bangkit dari kegagalan. Jika gagal membuat sebuah
agenda, maka seorang kader dakwah harus cepat bangkit dan memulai merencanakan
sebuah agenda yang lebih baik. Jika gagal mengajak seseorang untuk ikut
mentoring, maka soerang kader dakwah harus cepat beralih ke target yang lain
untuk di ajak mentoring.
Selain itu
pandangan optimis harus terus ditanam dengan baik di pikiran setiap kader
dakwah. Optimis bahwa LDK akan terus berkembang dan maju, optimis bahwa semua
masalah bisa diselesaikan. Seorang Arya Sandhiyudha ( mantan ketua SALAM UI )
pernah berpesan pada saya “ingat, masalah
bukan problem, tapi priority. Jadi selesaikan, jangan ditunda, apalagi dilimpahkan
ke orang lain” . Seorang kader LDK
juga harus bersikap positif terhadap semua tantangan yang dihadapi, karena
dengan ujian dan tantangan lah. Diri ini akan semakin kuat dan berpengalaman.
Smile and Shinning
Ada dua buah kisah
yang ingin saya sampaikan. Pertama, di sebuah siang hari di kota Jakarta,
terjadi kemacetan yang sangat hebat di wilayah pusat kota. Saat itu seorang
wanita membawa mobil seorang diri. Mungkin karena panas dan dirinya sedang
penat akibat macet, ia tidak sengaja menabrak mobil di depannya. Kota Jakarta
yang keras membuat pemilik mobil yang tertabrak turun dari mobil dan mendatangi
wanita tersebut. Akan tetapi dengan kekuatan pengendalian diri yang baik,
perempuan itu menghadapi pemilik mobil yang ditabraknya, seorang pria besar
mendatangi wanita itu dengan marah-marah. Tidak dengan emosi, tapi dengan
senyuman yang lebar, wanita itu meminta maaf. Karena senyuman inilah, hati pria
tersebut melunak, dan sepakat tidak memperpanjang masalah.
Kisah kedua, Tahun
lalu saya berkesempatan mengunjungi kota Singapura, teringat sebuah pemandangan
yang menurut saya, hasil didikan yang baik dari pihak manajemen hotel ke
seorang receptionist . Saya melihat
seorang receptionist terlibat sedikit
konflik dengan tamu hotel, saya melihat dari jauh, dan tampak tamu hotel
tersebut complain akibat misscommunication. Konflik dapat ia
selesaikan dengan sedikit ancaman dari tamu hotel tersebut, yang membuat saya
takjub adalah, sang receptionist tersebut
bisa melayani tamu hotel selanjutnya dengan senyum lebar, seakan-akan tidak
terjadi apa-apa sebelumnya.
Dari dua kisah ini
saya melihat ada kekuatan tersendiri serta pencitraan yang ramah dan lembut
dengan kekuatan senyuman yang lebar dan bercahaya. Senyuman pula yang membuat
hati ini senantiasa berbahagia dalam keadaan sulit sekalipun. Sebuah perusahaan
jasa mendidik staffnya untuk selalu tersenyum agar pelayanan yang diberikan
bisa maksimal.
Kader dakwah butuh
memiliki senyuman yang ikhlas. Kekuatan senyuman ini kadang lebih kuat
ketimbang rangkaian kata berbobot yang disusun semalaman. Diskusi saya belum
lama ini dengan salah seorang ketua himpunan memberikan saya masukan bahwa
ternyata mahasiswa ini butuh kader kita yang ramah dan lembut dan kerap menyapa
dan mengajak mahasiswa lain untuk kebaikan. Mereka butuh disapa, mereka butuh
di datangi dan mereka butuh untuk diajak dengan keramahan dan kelembutan diri
seorang kader.
Sahabat aktifis LDK
di seluruh Indonesia, seringkali LDK menjadi tidak berkembang karena bingung
merangkai sebuah agenda. Akan tetapi, perlu dipahami bahwa berapa banyak
agenda yang dibuat tidak menjadi
parameter utama dalam keberhasilan LDK. Kedekatan dan meningkatnya kapasitas
serta jumlah kaderlah yang menjadi parameter utama. Seringkali pula kita
terlalu mengandalkan media-media mahal sebagai alat publikasi, padahal kita
punya kader LDK yang bisa digunakan untuk media promosi paling baik untuk LDK.
Kader adalah wajah
sebuah LDK. Baiknya citra kader maka baiklah citra LDK, buruknya citra kader
maka buruk pula citra LDK. Untuk itulah pembinaan terhadap kader harus
diprioritaskan. Karena kader lah yang membuat LDK maju atau mundur.
----------
Terinspirasi dari
pelayan starbucks dan receptionist hotel
di Singapura, serta pemikiran seorang Rendy Saputra ( ketua majelis syuro
GAMAIS ITB )
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer
0 komentar:
Posting Komentar