Berbicara
tentang mentoring bukanlah hal baru untuk dunia LDK, tulisan, artikel, atau
buku tentang menjadi mentor yang baik, pengelolaan mentoring, dan lain
sebagainya sudah bisa dengan mudah ditemui di hampir semua toko buku. Pada
bagian ini saya tidak akan berbicara konsep dasar mentoring dan lain
sebagainya, saya akan lebih mencoba menyentuh sisi teknis lapangan yang mungkin
bisa jadi memberikan sebuah cara baru dalam mengelola mentoring di LDK.
Seperti yang
telah kita pahami bersama, mentoring seringkali diibaratkan sumsum tulang
belakang dari LDK, dimana mentoring lah yang menghasilkan dan mencetak darah
baru atau kader baru. Jika sum sum tulang belakang seseorang baik, maka darah
yang baik, akan diproduksi, akan tetapi jika sum sum tulang belakang seseorang
rusak atau terkena virus, maka darah yang ber-virus atau berpenyakit pula yang
akan diproduksi. Begitu pula dengan mentoring, jika dikelola dengan baik akan
mampu mencetak kader yang baik, akan tetapi jika mentoring gagal dikelola maka
akan menghasilkan kader yang buruk pula.
Begitu
pentingnya peran mentoring dalam dunia dakwah kampus, dan sudah sewajarnya
mentoring diberikan perhatian khusus dan lebih dalam pengelolaannya. Perhatian
khusus ini tidak bisa sekedar dengan adanya proker yang baik, akan tetapi,
perlu orang terbaik di tim pengelolaan mentoring dan supply dana yang kuat
untuk menunjang agenda pengelolaan mentoring yang dilakukan. Saya menggunakan
bahasa pengelolaan mentoring dengan maksud menjelaskan, bahwa yang akan saya
paparkan bukan terkait bagaimana menjadi mentor yang baik, akan tetapi dari
sudut pandang tim pengelola mentoring.
Secara garis
besar ada 5 aspek yang perlu kita bangun bersama dalam mengelola mentoring ini,
yakni :
- Sistem umum pengelolaan mentoring / usroh
- Mentor / naqib
- Sistem pengelolaan data
- Kurikulum
- Sekolah mentor / naqib
Untuk memudahkan
saya dalam memaparkan, saya akan menggunakan istilah yang digunakan di GAMAIS,
kami biasa menyebut kelompok mentoring dengan usroh atau secara harfiah berarti keluarga, dan mentor kami biasa
sebut dengan sebutan naqib. Istilah
ini kami bangun dalam rangka memberikan kesan keluarga dalam kelompok pembinaan
ini, dan sejalan dengan jargon kami karena
kita keluarga.
Sistem umum
pengelolaan mentoring / usroh
Bentuk
pengelompokkan
Dalam perjalanan
saya menjalani usroh di ITB, seringkali ada masalah yang senantiasa
berulang-ulang terkait kecocokan antara adik binaan dengan kelompok usroh yang
ia ikuti. Ketidakcocokan ini biasanya berkisar antara masalah, ketidakcocokan
jadwal, ketidakcocokan dengan naqib, dan ketidakcocokan dengan teman satu
kelompok. Ketiga permasalahan ini seringkali mengakibatkan permentoringan tidak
optimal dalam keberjalanannya. Oleh karena itu diperlukan adanya solusi yang
tepat dan sesuai, saya melihat secara mendasar, ada dua metode yang seringkali
dilakukan dalam sistem umum pengelolaan pengelompokkan, yakni, pengelompokkan
berbasis program studi atau fakultas dan pengelompokkan dengan tabulasi jadwal
naqib.
Pengelompokkan
berbasis program studi atau fakultas
Pengelompokkan
ini dilakukan dengan mengelompokkan para peserta usroh yang berada dalam satu program studi atau fakultas. Biasanya
setiap program studi memiliki kesamaan dan kekhasan tersendiri. Mahasiswa
Teknik Mesin tentu akan berpikir dengan mechanical
way-nya, mahasiswa MIPA biasanya lebih realistis dan matematis, mahasiswa
teknik Planologi biasanya lebih gemar ngomong,
mahasiswa seni rupa biasanya mempunya fantasi yang tidak bisa diduga. Dengan
mengelompokkan peserta usroh ini
dalam satu kelompok dan dibina juga oleh naqib
yang berasal dari program studi atau fakultas yang sama, tentunya akan
terjadi chemistry dalam kelompok
tersebut. Selain kelebihan dalam hal nyambung
dalam berdiskusi, biasanya dalam satu program studi atau fakultas memiliki
homogenitas jadwal, sehingga untuk menyesuaikan jadwal pertemuan akan lebih
mudah. Pengelolaan dengan metode ini sangat cocok dilaksanakan oleh lembaga
dakwah tingkat fakultas atau program studi dengan berkoordinasi dengan lembaga
dakwah tingkat kampus.
Pengelompokkan
berbasis tabulasi jadwal naqib
Pada beberapa
kampus yang secara geografis tidak besar dan belum memiliki lembaga dakwah di
tingkat fakultas, maka pengelolaan mentoring biasanya dilakukan oleh lembaga
dakwah tingkat kampus, atau LDK. Dalam konteks ini tentunya akan banyak
mahasiswa dari berbagai macam program studi dan fakultas dan tentunya juga
memiliki keberagaman karakteristik dan jadwal kuliah. Sehingga untuk
menyelesaikan tiga kendala yang seringkali dialami oleh pengelola mentoring ini
memerlukan metode berbasis tabulasi jadwal. Tabulasi jadwal adalah sebuah
konsep pengelolaan mentoring terpusat dengan mengumpulkan jadwal kosong setiap naqib dan merangkumnya dalam sebuah
tabel. Tabulasi ini tidak hanya berisikan jadwal kosong saja, akan tetapi juga
menampilkan karakteristik dan kelebihan yang dimiliki oleh naqib. Sehingga dengan metode ini , peserta bisa memilih kelompok
mentoring yang naqib-nya sesuai
dengan kebutuhan peserta dan jadwal yang sesuai dengan waktu yang ada bagi
peserta. Contoh output dari tabulasi adalah sebagai berikut.
Hari / Waktu
|
Senin
|
Selasa
|
Rabu
|
Kamis
|
Jum’at
|
08.00-09.30
|
Yusuf (korelis/kepala LDK)
|
Anggit (IPK 4)
|
Yunus(PPSDMS/ketua
himpunan)
|
Arvi ( ketua
Unit kesenian)
|
Alfian ( juara
lomba mapres)
|
09.30-11.00
|
Aaf
(melankolis/hafidz Qur’an)
|
Bobby(presiden
BEM)
|
Fauzi(sangunis/melankolis,
S2 elektro)
|
Alam ( alumni
wanadri)
|
Luthfi (
pemain sepakbola klub lokal )
|
12.30-14.00
|
Gumilar
(businessman)
|
Gamma(sangunis
empatik)
|
Adhi (
koord.Lab TI )
|
Albaz (
asisten trainer ESQ)
|
Yuda (
desainer,seniman )
|
15.30-17.00
|
Abdurrahman(pengajar
tahsin)
|
Iqbal(pengajar
Tahfidz/kaderisasi GAMAIS)
|
Verry
(korelis,businessman)
|
Adit (
programmer)
|
Gesa ( ketua
kaderisasi himpunan mahasiswa)
|
19.30-21.00
|
Rendy
saputra(businessman/trainer)
|
Aisar (
programmer )
|
Aji (
mahasiswa berprestasi)
|
Cecep (santri
Daarut Tauhid)
|
Ilham ( aktifis
LSM )
|
Tabel diatas
adalah contoh sederhana dari tabulasi jadwal naqib. Idealnya memang, setiap jam selalu ada jadwal mentoring
dengan pilihan lebih dari satu naqib
sehingga peserta dapat memilih naqib sesuai
dengan kebutuhan. Bentuk tampilan yang diberikan dapat disesuaikan, apakah
hanya nama dan jurusan naqib saja,
ataukah beberapa ke-khasan dari naqib,seperti
karakteristik, minat khusus, atau amanah. Selanjutnya tabulasi naqib ini bisa dijadikan pegangan dalam
pengelompokkan bagi pengelola mentoring di sebuah kampus. Sehingga, ketika ada
peserta yang hendak mentoring, peserta tinggal memilih jadwal dan langsung bisa
masuk ke database pengelola.
Seleksi Tim
pengelola mentoring
Sistem umum
lainnya dalam pengelolaan ini adalah terkait kompetensi dan kepahaman pengelola
dalam hal kaderisasi, dakwah dan permentoringan. Pemahaman kaderisasi
diperlukan agar pengelola benar-benar paham tentang bagaimana kedudukan
mentoring ini dalam tahapan kaderisasi dan bagaimana hubungannya dengan tadribul amal peserta. Selain itu dengan pemahaman kaderisasi yang
kuat, biasanya akan terbentuk karakter pembina atau karakter pendidik yang
ulung. Karakter ini sangat diperlukan, karena memang pengelolaan mentoring
bukan sekedar pengelolaan data dan mentor saja, akan tetapi pengelolaan
mentoring ini adalah berkaitan dengan bagaimana pembentukan karakter mentor dan
peserta usroh. Selanjutnya pemahaman
dakwah yang komprehensif dari pengelola mentoring, seringkali saya melihat
pengelola mentoring belum memahami bagaimana peran mentoring ini dalam skematik
dakwah yang luas. Memang, saya sepakat bahwa baik atau buruknya mentoring
adalah akar dari problematika dakwah di kampus. Akan tetapi, pengelola
mentoring pun harus mengetahui bagaimana tuntutan dakwah saat ini serta
kebutuhan karakter kader yang diperlukan untuk menunjang dakwah saat ini.
Dengan pemahaman ini, diharapkan pengelola dapat melakukan inovasi dan
dinamisasi terkait permenetoringan. Selanjutnya pemahaman pengelola terhadap
pengelolaan mentoring itu sendiri, perlu kita sadari bersama bahwa mentoring
bukanlah sebuah sistem komputer yang bisa di ubah dan diatur dengan mudah.
Mentoring adalah sebuah pengelolaan manajemen dakwah yang berkaitan atau
berhubungan langsung dengan manusia. Maka diperlukan adanya pendekatan yang manusiawi , dalam pengelolaannya, saya
merekomendasikan seorang yang memiliki empatik dan memahami dengan baik
psikologi manusia untuk mengelola permentoringan ini. Karena ia akan berpikir,
”bagaimana jika saya jadi peserta”, bukan “seharusnya peserta seperti yang saya
mau”.
Struktur Tim
pengelola
Selain itu
diperlukan juga adanya struktur pendukung dari tim pengelola mentoring. Tim
pengelola ini memerlukan strukutur yang efesien dan sesuai dengan kebutuhan
lapangan. Secara umum, tidak ada strukur yang terbaik, akan tetapi saya
mengusulkan beberapa bidang atau divisi yang sekiranya dibutuhkan dalam tim
pengelolaan mentoring.
Deskripsi kerja
dari setiap divisi adalah sebagai berikut :
- Koordinator, memastikan semua agenda permentoringan berjalan
- Administrasi, berfungsi sebagai sekretaris dan bendahara tim pengelola mentoring
- Penelitian dan Pengembangan, melakukan evaluasi berkala terhadap performa mentoring dan melakukan inovasi untuk perbaikan pengelolaan mentoring, dalam tim ini pula akan menyusun kurikulum mentoring yang sesuai.
- Pengembangan karakter mentor, tim ini melakukan pembinaan rutin untuk para mentor, terkait kepahaman dakwah, softskill yang menunjang permentoringan, sistem informasi data absensi keberjalanan mentoring, dan talaqqi materi mentoring dengan tujuan mentor bisa memahami tugasnya dan memiliki kepahaman ilmu yang memadai. Tim ini juga mempunyai hak untuk memberikan lisensi kualitas mentor.
- Database dan informasi, tim ini berurusan dengan data keberjalanan mentoring, dan sebagai pintu informasi antara tim pengelola mentoring dan para mentor
- Sekolah mentor, tim ini fokus pada pembentukan calon mentor di masa yang akan datang, pembinaan untuk para mentor perlu diasah sejak dini. Oleh karena itu tim ini diharapkan bisa membentuk calon mentor, yang diprioritaskan dari peserta mentoring itu sendiri
- Dinamisasi dan metode alternatif, terkadang tidak semua mentor bisa menyampaikan semua materi dengan komprehensif, serta bagi sebagian peserta mentoring, bisa jadi jika terus-terusan hanya mentoring saja, peserta akan jenuh. Oleh karena itu, diperlukan beberapa improvisasi dan dinamisasi agar peserta mentoring dapat lebih semangat dalam menjalankan agenda mentoring. Bentuk agenda yang dilakukan bisa dengan mentoring gabungan, atau mabit yang diisi dengan tausiyah yang bermaterikan hal yang tidak bisa disampaikan di mentoring, beberapa training, seperti training shalat khusyuk, pelatihan memandikan jenazah, atau agenda outbound dan olahraga bareng.
Bentuk
struktur diatas bukanlah mutlak, akan tetapi perlu disesuaikan dengan kondisi
SDM dan objek dakwah yang ada. Perubahan dan penyesuaian bentuk struktur ini
sangat berpengaruh terhadap kinerja tim, akan tetapi saya menilai bahwa fungsi
fungsi diatas diharapkan ada untuk menghasilkan kinerja mentoring yang ideal.
Branding
dan Packaging
Saya
seringkali berbicara mengenai pentingnya pengemasan dakwah, dengan harapan
dakwah ini bisa diterima dengan baik oleh objek dakwah kita. Termasuk dalam hal
mentoring ini, perlu adanya pengemasan agar mentoring ini bisa diterima,
terkadang dibeberapa kampus kata “mentoring”
sudah tidak diterima. Dalam bab ini saya akan mengusulkan dua bentuk
pengemasan, yakni, branding nama dan
pengemasan dengan menunjukkan kelebihan atau dari mentoring yang kita ajukan.
Pertama,
pengemasan nama,maksudnya adalah mengganti istilah mentoring dengan istilah
lain yang lebih familiar dan humble di telinga objek dakwah. Sebagai
contoh, setelah rilisnya film ayat-ayat cinta, istilah talaqqi menjadi lebih dikenal, bisa saja kita mengganti istilah
mentoring kita dengan istilah tersebut. Atau istilah lain seperti islamic learning group, students character
building program, islamic weekly education club, atau usroh.
Kedua¸pengemasan
konten, secara umum memang bentuk permentoringan akan tetap sama, akan tetapi
kita bisa membuat variasi kelebihan, seperti, dengan mengikuti mentoring, maka
peserta akan mendapatkan notebook mahasiswa muslim, CD interaktif, kartu
perdana GSM, training sofskill, tutorial akademik, dan lain sebagainya. Intinya
kita membuat added value yang diyakini bisa menarik perhatian dan membuat
semakin banyak mahasiswa yang berminat ikut mentoring.
Mentor
/ naqib
Pada
bagian ini saya akan menyinggung mengenai dua hal, yakni kebutuhan akan mentor
ideal dan bagaimana rekomendasi proses seleksi untuk penentuan mentor yang
layak untuk mendapat lisensi mengisi kelompok mentoring.
Mentor
Ideal
ustadz
satria hadi lubis banyak menuliskan tentang karakter naqib yang ideal, secara umum , akan saya coba rangkumkan dalam
empat poin , yakni :
- Seorang kakak / saudara , seorang naqib akan berfungsi sebagai seorang kakak atau saudara bagi peserta usroh dalam hal diskusi dan menceritakan isi hati atau masalah yang mungkin dihadapi, oleh karena itu seorang naqib perlu memiliki karakter empatik dengan harapan dapat menyentuh hati para peserta usroh sehingga terjadi keterbukaan, dan terbentuk nuansa kekeluargaan dalam kelompok usroh tersebut.
- Sosok pelatih, pelatih adalah sosok yang memberikan arahan, mengajarkan cara melakukan sesuatu, mencontohkan, mengawasi peserta latihan melakukan sesuatu, memotivasi ketika gagal, memberi selamat ketika berhasil, dan setia mendampingi agar peserta dapat melakukan suatu hal. Untuk itu diperlukan karakter pengkader yang ulung bagi seorang naqib. Karena ialah yang akan senantiasa berinteraksi dengan para peserta mentoring untuk dibutuhkan pula kemampuan merangkul dan mempengaruhi dari seorang naqib.
- Petunjuk jalan, seorang naqib diharapkan dapat sebagai pembimbing bagi para peserta usroh untuk menapaki masa depannya. Dalam hal ini seorang naqib perlu memahami potensi dari peserta usroh dan memberinya alternatif pilihan terkait masa depannya. Sebagai contoh kecil, dalam hal memilih sub-jurusan pada sebuah program studi, seorang naqib dituntut untuk bisa memberikan gambaran yang jelas mengenai pilihan yang ada, dan memberikan rekomendasi kepada peserta usroh. Oleh karena itu seorang naqib diharapkan dapat memiliki karakter pemimpin yang bisa mengarahkan peserta usroh.
- Pembentuk Mentor baru, kebutuhan dakwah kampus akan mentor atau naqib senantiasa bertambah, oleh karena itu seorang naqib diharapkan dapat membentuk karakter peserta usroh untuk dapat menjadi naqib di masa yang akan datang.
Seleksi
mentor
Kualitas
seorang mentor sangat menentukan kualitas peserta mentoring, diperlukannya
seleksi yang ketat mengenai siapa saja yang berhak menjadi mentor perlu
dilaksanakan dalam rangka mencapai tujuan tersebut. Pada bagian sebelumnya saya
sudah memaparkan mengenai karakter mentor ideal, akan tetapi ada satu hal yang
perlu dimiliki oleh semua mentor dan menjadi syarat mutlak, yakni intregitas. Intregitas disini adalah tidak sekedar
kejujuran, akan tetapi bentuk komitmen seseorang untuk melakukan sesuatu dan
mengerjakan apa yang telah ia katakan. Kebutuhan intergitas bagi seorang mentor
sangat diperlukan untuk menunjang optimasi kinerja dari pengelolaan
permentoringan.
Seleksi
terkait kelayakan mentor akan saya paparkan dengan proses transformasi seorang
peserta mentoring hingga ia bisa menjadi seorang mentor. Pertama, seorang mentor mengidentifikasikan peserta mentoringnya
untuk mengikuti sekolah mentor, sehingga syarat pertama yang diperlukan adalah
ia haruslah sehat secara keberjalanan permentoringannya, atau ia harus
mengikuti mentoring. Kedua, ia
diharuskan mengikuti pembinaan calon mentor, yang akrab saya sebut dengan
istilah sekolah mentor, syarat kedua adalah ia harus mengikuti dengan seksama
dan kehadiran tinggi dalam proses sekolah mentor. Ketiga, mengikuti tes atau seleksi formal yang diadakan oleh tim
pengelolaan mentoring, seleksi ini meliputi kapasitas pribadi seorang calon
mentor, seperti kualitas dan kuantitas amalan ibadah harian, kemampuan
pemahaman materi, dan seleksi lainnya yang diperlukan untuk menjadi serang
mentor. Keempat, seorang calon
mentor, diharapkan dapat mengikuti proses pemagangan atau belajar menjadi
mentor, proses ini diharapkan dapat mengasaha sense untuk menjadi seorang mentor. Kelima, jika secara kapasitas individu seseorang telah memilki
kecapakan sebagai seorang mentor, ia diharapkan dapat mengisi lembar perjanjian
komitmen diri sebagai seorang mentor.
Adanya kontrak sosial ini diharapkan dapat meningkatkan tanggung jawab
mentor dalam menjalankan amanahnya. Kontrak sosial ini berisikan hal-hal yang
menunjang agenda permentoringan, seperti siap meluangkan waktu untuk mengisi
mentoring setiap pekannya, siap untuk mengikuti pembinaan mentor, dan siap
melaporkan data keberjalanan mentoring secara rutin.
Sistem
pengelolaan data
Salah
satu parameter yang bisa dinilai untuk mengevaluasi keberjalanan permentoringan
adalah pendataan yang baik, yakni bagaimana data yang berasal dari mentor dapat
sampai kepada pengelola mentoring secara berkala dan tepat waktu. Saya akan
memaparkan sedikit mengenai bagaimana pengelolaan data, agar pengelolaan data
permentoringan dapat berjalan dengan baik. Pemaparan saya akan saya partisi
menjadi tiga sub-bagian, yakni sistem jaringan pengumpul data,pola pengumpulan
data, dan database terpusat.
Jaringan
Pengumpul Data
Pada
kondisi dimana jumlah mentor semakin banyak dan tersebar di seluruh penjuru
kampus, maka sistem jaringan pengumpul data diperlukan untuk mempermudah arus
tersampainya informasi. Konsep dari sistem ini adalah meng-estafetkan data dari
mentor ke pengelola mentoring dengan perantara pengelola mentoring di tingkat
tertentu. Jika digambarkan dalam bentuk bagan, akan tampak seperti di bawah
ini.
Dengan adanya
jaringan ini diharapkan dapat terbentuk hirarki data dan informasi. Data disini
yang dimaksud adalah terkait presensi keberjalanan mentoring, atau rekomendasi
tertentu, sedangkan informasi adalah bentuk info yang sekiranya dibutuhkan oleh
peserta mentoring.
Pola pengumpul data
Pola pengumpul
data adalah metode untuk melaporkan data keberjalanan mentoring. Banyak sekali
cara untuk mengumpulkan data ini, akan tetapi untuk memudahkan mentor,
sekiranya pengelola mentoring diharapkan dapat memberikan variasi pilihan
kepada mentor untuk mengumpulkan data. Bentuk variasi pengumpulan data antara
lain :
- Via sms, pengumpulan data keberjalanan via sms ini sebetulnya merupakan cara yang paling mudah, yakni hanya dengan SMS ke nomor tertentu saja dengan ketentuan yang disepakati. Contoh ketik : nama mentor<spasi>tanggal mentoring<spasi>materi<spasi> izin:nama1,nama2,nama3,dst<spasi> sakit:nama1,nama2,nama3,dst<spasi> alpha:nama1,nama2,nama3,dst... dan kirim ke nomor hotline mentoring.
- Via email, pihak pengelola cukup dengan membuat template yang harus di isi dan di email setelah menjalankan agenda permentoringan
- Via data box, pihak pengelola menyediakan kotak data khusus di sekretariat LDK, dan pihak mentor cukup mengisi template kertas yang sudah tersedia dan memasukkan ke kotak
- Via database online, pada tahap yang lebih advance, LDK bisa menyediakan perangkat IT pendukung, sehingga mentor cukup mengakses situs tertentu dan mengisi form yang telah tersedia di layar komputer.
Sistem database
terpusat
Sistem database
terpusat adalah bentuk one-sheet database
yang berisikan tentang keberjalanan
mentoring pada jangka waktu tertentu. Bentuk dari database ini bisa dalam
bentuk microsoft excel atau
lainnya,akan tetapi hal terpenting dalam database ini adalah, data ini harus
bisa di akses oleh seluruh pemegang kebijakan dakwah kampus yang berhak untuk
melihat data ini dalam rangka menentukan sebuah kebijakan tertentu.
Kurikulum
Mentor biasanya
akan menyampaikan materi berdasarkan kurikulum yang tersedia. Kurikulum dalam
proses pendidikan adalah hal yang penting, selain akan berfungsi sebagai manhaj (pedoman) dalam menyampaikan
materi, kurikulum biasanya juga dibuat dengan marhalah (tahapan) yang menyesuaikan kondisi peserta mentoring.
Untuk itu diperlukan adanya penyusunan kurikulum yang sesuai dengan kondisi
kekinian dan kesinian.
Kurikulum untuk
permentoringan tahap awal, perlu lah menekankan pada tiga hal, yakni aqidah,
akhlak, dan ibadah. Penekanan pada tiga hal ini bukan tanpa alasan, karena
memang tiga hal inilah yang diyakini sebagai fondasi awal seorang kader dakwah
atau bahkan fondasi seorang muslim. Pada tahap kurikulum mentoring tahap lanjut
barulah menekankan pada hal bersifat fiqih, dan dakwah. Adanya penyesuaian ini
diharapkan dapat memberikan dampak positif terhadap keberterimaan materi.
Saya akan
memberi beberapa contoh tema materi untuk mentoring tahap awal, sebetulnya ini
bukan materi yang baru, akan tetapi perlu adanya-lagi lagi- pengemasan, bahkan
sampai pada tema materi, seperti : thank you Allah ; muhammad is the real idol
; insan akademis ; ungkapan cinta untuk ayah dan bunda; life excelent ; the
miracles of holy Qur’an ; hidupku ibadahku ; gue bangga menjadi seorang muslim,
dan lain sebagainya.
Buku buku
mengenai materi mentoring saat ini sudah bisa didapat di berbagai tempat, yang
terpenting bagi pengelola mentoring adalah merangkai materi yang ada agar
terbetuk sebuah tahapan pembelajaran yang tepat dan bisa diterima oleh peserta
dan mentor mengerti bagaimana memahamkan sebuah materi kepada peserta
mentoring.
Sekolah Mentor
Aspek kelima
yang harus disiapkan adalah sekolah mentor. Sekolah mentor adalah sebuah sarana
yang digunakan oleh pengelola LDK untuk membentuk calon mentor di masa yang
akan datang. Sekolah mentor ini diharapkan dapat berjalan rutin sepanjang
tahun, sehingga proses regenerasi dapat senantiasa berjalan. Terkait sekolah
mentor, sudah saya seringkali saya paparkan hampir dalam setiap aspek lainnya,
karena memang kelima aspek ini saling terkait. Sekolah mentor ini diikuti oleh
peserta mentoring yang aktif dalam hal kehadiran dan direkomendasikan oleh
mentor yang membinanya. Walau memang, seharusnya semua peserta mentoring
mengikuti sekolah mentor, akan tetapi adanya rekomendasi dapat memberikan
jaminan komitmen dari peserta untuk mengikuti sekolah mentor ini.
Konten dari
sekolah mentor seputar segala hal yang diperlukan agar seseorang siap menjadi
seorang mentor, secara umum ada tiga konten umum yang perlu disampaikan, yakni
:
- Pemahaman dakwah dan kaderisasi, terkait dasar-dasar pemahaman dakwah yang diperlukan, sehingga mentor melakukan aktifitas mengisi mentoring dengan berfondasikan paradigma dakwah yang kokoh.
- Penguasaan materi dasar, penguasaan materi dasar ini akan menjadi bekal awal dalam menyampaikan materi di awal-awal mengisi mentoring
- Kemampuan komunikasi dan menguasai peserta mentoring, kemampuan mendinamisasi kelompok, serta cara menyampaikan materi yang tepat agar peserta paham dan menarik untuk didengar.
Selain itu,
diperlukan pula adanya latihan mengisi mentoring dalam bentuk simulasi dengan
sesama peserta, agar peserta bisa mulai belajar untuk menjadi mentor yang baik.
Pemberian tips dan trick khusus dari para pementor senior pun, perlu diberikan
agar peserta sekolah mentor bisa memahai medan mentoring dengan baik.
Materi pendukung
lainnya di sekolah mentor, adalah meningkatkan kualitas dan kuantitas amalan
ibadah harian peserta, seorang mentor, memerlukan kekuatan maknawiyah yang kuat agar dapat optimal dalam memberikan materi.
Peningkatan amalan ibadah harian ini bisa dilakukan dalam bentuk motivasi dan
pengecekkan secara rutin ibadah harian pada setiap pertemuan sekolah mentor.
Perlu kita dipahamkan pula bahwa kekuatan rabbaniyah
lah yang akan bisa menopang aktifitas dakwah seorang kader.
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer
0 komentar:
Posting Komentar