Protokol # 17 Mentoring LDK

Posted by Unknown On 09.29 No comments



Berbicara tentang mentoring bukanlah hal baru untuk dunia LDK, tulisan, artikel, atau buku tentang menjadi mentor yang baik, pengelolaan mentoring, dan lain sebagainya sudah bisa dengan mudah ditemui di hampir semua toko buku. Pada bagian ini saya tidak akan berbicara konsep dasar mentoring dan lain sebagainya, saya akan lebih mencoba menyentuh sisi teknis lapangan yang mungkin bisa jadi memberikan sebuah cara baru dalam mengelola mentoring di LDK.
Seperti yang telah kita pahami bersama, mentoring seringkali diibaratkan sumsum tulang belakang dari LDK, dimana mentoring lah yang menghasilkan dan mencetak darah baru atau kader baru. Jika sum sum tulang belakang seseorang baik, maka darah yang baik, akan diproduksi, akan tetapi jika sum sum tulang belakang seseorang rusak atau terkena virus, maka darah yang ber-virus atau berpenyakit pula yang akan diproduksi. Begitu pula dengan mentoring, jika dikelola dengan baik akan mampu mencetak kader yang baik, akan tetapi jika mentoring gagal dikelola maka akan menghasilkan kader yang buruk pula.
Begitu pentingnya peran mentoring dalam dunia dakwah kampus, dan sudah sewajarnya mentoring diberikan perhatian khusus dan lebih dalam pengelolaannya. Perhatian khusus ini tidak bisa sekedar dengan adanya proker yang baik, akan tetapi, perlu orang terbaik di tim pengelolaan mentoring dan supply dana yang kuat untuk menunjang agenda pengelolaan mentoring yang dilakukan. Saya menggunakan bahasa pengelolaan mentoring dengan maksud menjelaskan, bahwa yang akan saya paparkan bukan terkait bagaimana menjadi mentor yang baik, akan tetapi dari sudut pandang tim pengelola mentoring.
Secara garis besar ada 5 aspek yang perlu kita bangun bersama dalam mengelola mentoring ini, yakni        :
  1. Sistem umum pengelolaan mentoring / usroh
  2. Mentor / naqib
  3. Sistem pengelolaan data
  4. Kurikulum
  5. Sekolah mentor / naqib
Untuk memudahkan saya dalam memaparkan, saya akan menggunakan istilah yang digunakan di GAMAIS, kami biasa menyebut kelompok mentoring dengan usroh atau secara harfiah berarti keluarga, dan mentor kami biasa sebut dengan sebutan naqib. Istilah ini kami bangun dalam rangka memberikan kesan keluarga dalam kelompok pembinaan ini, dan sejalan dengan jargon kami karena kita keluarga.
Sistem umum pengelolaan mentoring / usroh

Bentuk pengelompokkan
Dalam perjalanan saya menjalani usroh di ITB, seringkali ada masalah yang senantiasa berulang-ulang terkait kecocokan antara adik binaan dengan kelompok usroh yang ia ikuti. Ketidakcocokan ini biasanya berkisar antara masalah, ketidakcocokan jadwal, ketidakcocokan dengan naqib, dan ketidakcocokan dengan teman satu kelompok. Ketiga permasalahan ini seringkali mengakibatkan permentoringan tidak optimal dalam keberjalanannya. Oleh karena itu diperlukan adanya solusi yang tepat dan sesuai, saya melihat secara mendasar, ada dua metode yang seringkali dilakukan dalam sistem umum pengelolaan pengelompokkan, yakni, pengelompokkan berbasis program studi atau fakultas dan pengelompokkan dengan tabulasi jadwal naqib.
Pengelompokkan berbasis program studi atau fakultas
Pengelompokkan ini dilakukan dengan mengelompokkan para peserta usroh yang berada dalam satu program studi atau fakultas. Biasanya setiap program studi memiliki kesamaan dan kekhasan tersendiri. Mahasiswa Teknik Mesin tentu akan berpikir dengan mechanical way-nya, mahasiswa MIPA biasanya lebih realistis dan matematis, mahasiswa teknik Planologi biasanya lebih gemar ngomong, mahasiswa seni rupa biasanya mempunya fantasi yang tidak bisa diduga. Dengan mengelompokkan peserta usroh ini dalam satu kelompok dan dibina juga oleh naqib yang berasal dari program studi atau fakultas yang sama, tentunya akan terjadi chemistry dalam kelompok tersebut. Selain kelebihan dalam hal nyambung dalam berdiskusi, biasanya dalam satu program studi atau fakultas memiliki homogenitas jadwal, sehingga untuk menyesuaikan jadwal pertemuan akan lebih mudah. Pengelolaan dengan metode ini sangat cocok dilaksanakan oleh lembaga dakwah tingkat fakultas atau program studi dengan berkoordinasi dengan lembaga dakwah tingkat kampus.
Pengelompokkan berbasis tabulasi jadwal naqib
Pada beberapa kampus yang secara geografis tidak besar dan belum memiliki lembaga dakwah di tingkat fakultas, maka pengelolaan mentoring biasanya dilakukan oleh lembaga dakwah tingkat kampus, atau LDK. Dalam konteks ini tentunya akan banyak mahasiswa dari berbagai macam program studi dan fakultas dan tentunya juga memiliki keberagaman karakteristik dan jadwal kuliah. Sehingga untuk menyelesaikan tiga kendala yang seringkali dialami oleh pengelola mentoring ini memerlukan metode berbasis tabulasi jadwal. Tabulasi jadwal adalah sebuah konsep pengelolaan mentoring terpusat dengan mengumpulkan jadwal kosong setiap naqib dan merangkumnya dalam sebuah tabel. Tabulasi ini tidak hanya berisikan jadwal kosong saja, akan tetapi juga menampilkan karakteristik dan kelebihan yang dimiliki oleh naqib. Sehingga dengan metode ini , peserta bisa memilih kelompok mentoring yang naqib-nya sesuai dengan kebutuhan peserta dan jadwal yang sesuai dengan waktu yang ada bagi peserta. Contoh output dari tabulasi adalah sebagai berikut.
Hari / Waktu
Senin
Selasa
Rabu
Kamis
Jum’at
08.00-09.30
Yusuf  (korelis/kepala LDK)
Anggit (IPK 4)
Yunus(PPSDMS/ketua himpunan)
Arvi ( ketua Unit kesenian)
Alfian ( juara lomba mapres)
09.30-11.00
Aaf (melankolis/hafidz Qur’an)
Bobby(presiden BEM)
Fauzi(sangunis/melankolis, S2 elektro)
Alam ( alumni wanadri)
Luthfi ( pemain sepakbola klub lokal )
12.30-14.00
Gumilar (businessman)
Gamma(sangunis empatik)
Adhi ( koord.Lab TI )
Albaz ( asisten trainer ESQ)
Yuda ( desainer,seniman )
15.30-17.00
Abdurrahman(pengajar tahsin)
Iqbal(pengajar Tahfidz/kaderisasi GAMAIS)
Verry (korelis,businessman)
Adit ( programmer)
Gesa ( ketua kaderisasi himpunan mahasiswa)
19.30-21.00
Rendy saputra(businessman/trainer)
Aisar ( programmer )
Aji ( mahasiswa berprestasi)
Cecep (santri Daarut Tauhid)
Ilham ( aktifis LSM )

Tabel diatas adalah contoh sederhana dari tabulasi jadwal naqib. Idealnya memang, setiap jam selalu ada jadwal mentoring dengan pilihan lebih dari satu naqib sehingga peserta dapat memilih naqib sesuai dengan kebutuhan. Bentuk tampilan yang diberikan dapat disesuaikan, apakah hanya nama dan jurusan naqib saja, ataukah beberapa ke-khasan dari naqib,seperti karakteristik, minat khusus, atau amanah. Selanjutnya tabulasi naqib ini bisa dijadikan pegangan dalam pengelompokkan bagi pengelola mentoring di sebuah kampus. Sehingga, ketika ada peserta yang hendak mentoring, peserta tinggal memilih jadwal dan langsung bisa masuk ke database pengelola.
Seleksi Tim pengelola mentoring
Sistem umum lainnya dalam pengelolaan ini adalah terkait kompetensi dan kepahaman pengelola dalam hal kaderisasi, dakwah dan permentoringan. Pemahaman kaderisasi diperlukan agar pengelola benar-benar paham tentang bagaimana kedudukan mentoring ini dalam tahapan kaderisasi dan bagaimana hubungannya dengan tadribul amal peserta.  Selain itu dengan pemahaman kaderisasi yang kuat, biasanya akan terbentuk karakter pembina atau karakter pendidik yang ulung. Karakter ini sangat diperlukan, karena memang pengelolaan mentoring bukan sekedar pengelolaan data dan mentor saja, akan tetapi pengelolaan mentoring ini adalah berkaitan dengan bagaimana pembentukan karakter mentor dan peserta usroh. Selanjutnya pemahaman dakwah yang komprehensif dari pengelola mentoring, seringkali saya melihat pengelola mentoring belum memahami bagaimana peran mentoring ini dalam skematik dakwah yang luas. Memang, saya sepakat bahwa baik atau buruknya mentoring adalah akar dari problematika dakwah di kampus. Akan tetapi, pengelola mentoring pun harus mengetahui bagaimana tuntutan dakwah saat ini serta kebutuhan karakter kader yang diperlukan untuk menunjang dakwah saat ini. Dengan pemahaman ini, diharapkan pengelola dapat melakukan inovasi dan dinamisasi terkait permenetoringan. Selanjutnya pemahaman pengelola terhadap pengelolaan mentoring itu sendiri, perlu kita sadari bersama bahwa mentoring bukanlah sebuah sistem komputer yang bisa di ubah dan diatur dengan mudah. Mentoring adalah sebuah pengelolaan manajemen dakwah yang berkaitan atau berhubungan langsung dengan manusia. Maka diperlukan adanya pendekatan yang manusiawi , dalam pengelolaannya, saya merekomendasikan seorang yang memiliki empatik dan memahami dengan baik psikologi manusia untuk mengelola permentoringan ini. Karena ia akan berpikir, ”bagaimana jika saya jadi peserta”, bukan “seharusnya peserta seperti yang saya mau”.
Struktur Tim pengelola
Selain itu diperlukan juga adanya struktur pendukung dari tim pengelola mentoring. Tim pengelola ini memerlukan strukutur yang efesien dan sesuai dengan kebutuhan lapangan. Secara umum, tidak ada strukur yang terbaik, akan tetapi saya mengusulkan beberapa bidang atau divisi yang sekiranya dibutuhkan dalam tim pengelolaan mentoring.
Organization Chart
Deskripsi kerja dari setiap divisi adalah sebagai berikut         :
  • Koordinator, memastikan semua agenda permentoringan berjalan
  • Administrasi, berfungsi sebagai sekretaris dan bendahara tim pengelola mentoring
  • Penelitian dan Pengembangan, melakukan evaluasi berkala terhadap performa mentoring dan melakukan inovasi untuk perbaikan pengelolaan mentoring, dalam tim ini pula akan menyusun kurikulum mentoring yang sesuai.
  • Pengembangan karakter mentor, tim ini melakukan pembinaan rutin untuk para mentor, terkait kepahaman dakwah, softskill yang menunjang permentoringan, sistem informasi data absensi keberjalanan mentoring, dan talaqqi materi mentoring dengan tujuan mentor bisa memahami tugasnya dan memiliki kepahaman ilmu yang memadai. Tim ini juga mempunyai hak untuk memberikan lisensi kualitas mentor.
  • Database dan informasi, tim ini berurusan dengan data keberjalanan mentoring, dan sebagai pintu informasi antara tim pengelola mentoring dan para mentor
  • Sekolah mentor, tim ini fokus pada pembentukan calon mentor di masa yang akan datang, pembinaan untuk para mentor perlu diasah sejak dini. Oleh karena itu tim ini diharapkan bisa membentuk calon mentor, yang diprioritaskan dari peserta mentoring itu sendiri
  • Dinamisasi dan metode alternatif, terkadang tidak semua mentor bisa menyampaikan semua materi dengan komprehensif, serta bagi sebagian peserta mentoring, bisa jadi jika terus-terusan hanya mentoring saja, peserta akan jenuh. Oleh karena itu, diperlukan beberapa improvisasi dan dinamisasi agar peserta mentoring dapat lebih semangat dalam menjalankan agenda mentoring. Bentuk agenda yang dilakukan bisa dengan mentoring gabungan, atau mabit yang diisi dengan tausiyah yang bermaterikan hal yang tidak bisa disampaikan di mentoring, beberapa training, seperti training shalat khusyuk, pelatihan memandikan jenazah, atau agenda outbound dan olahraga bareng.
Bentuk struktur diatas bukanlah mutlak, akan tetapi perlu disesuaikan dengan kondisi SDM dan objek dakwah yang ada. Perubahan dan penyesuaian bentuk struktur ini sangat berpengaruh terhadap kinerja tim, akan tetapi saya menilai bahwa fungsi fungsi diatas diharapkan ada untuk menghasilkan kinerja mentoring yang ideal.
Branding dan Packaging
Saya seringkali berbicara mengenai pentingnya pengemasan dakwah, dengan harapan dakwah ini bisa diterima dengan baik oleh objek dakwah kita. Termasuk dalam hal mentoring ini, perlu adanya pengemasan agar mentoring ini bisa diterima, terkadang dibeberapa kampus kata “mentoring”  sudah tidak diterima. Dalam bab ini saya akan mengusulkan dua bentuk pengemasan, yakni, branding nama dan pengemasan dengan menunjukkan kelebihan atau dari mentoring  yang kita ajukan.
Pertama, pengemasan nama,maksudnya adalah mengganti istilah mentoring dengan istilah lain yang lebih familiar dan humble di telinga objek dakwah. Sebagai contoh, setelah rilisnya film ayat-ayat cinta, istilah talaqqi menjadi lebih dikenal, bisa saja kita mengganti istilah mentoring kita dengan istilah tersebut. Atau istilah lain seperti islamic learning group, students character building program, islamic weekly education club, atau usroh.
Kedua¸pengemasan konten, secara umum memang bentuk permentoringan akan tetap sama, akan tetapi kita bisa membuat variasi kelebihan, seperti, dengan mengikuti mentoring, maka peserta akan mendapatkan notebook mahasiswa muslim, CD interaktif, kartu perdana GSM, training sofskill, tutorial akademik, dan lain sebagainya. Intinya kita membuat added value yang diyakini bisa menarik perhatian dan membuat semakin banyak mahasiswa yang berminat ikut mentoring.
Mentor / naqib
Pada bagian ini saya akan menyinggung mengenai dua hal, yakni kebutuhan akan mentor ideal dan bagaimana rekomendasi proses seleksi untuk penentuan mentor yang layak untuk mendapat lisensi mengisi kelompok mentoring.
Mentor Ideal
ustadz satria hadi lubis banyak menuliskan tentang karakter naqib yang ideal, secara umum , akan saya coba rangkumkan dalam empat poin , yakni     :
  1. Seorang kakak / saudara , seorang naqib akan berfungsi sebagai seorang kakak atau saudara bagi peserta usroh dalam hal diskusi dan menceritakan isi hati atau masalah yang mungkin dihadapi, oleh karena itu seorang naqib perlu memiliki karakter empatik dengan harapan dapat menyentuh hati para peserta usroh sehingga terjadi keterbukaan, dan terbentuk nuansa kekeluargaan dalam kelompok usroh tersebut.
  2. Sosok pelatih, pelatih adalah sosok yang memberikan arahan, mengajarkan cara melakukan sesuatu, mencontohkan, mengawasi peserta latihan melakukan sesuatu, memotivasi ketika gagal, memberi selamat ketika berhasil, dan setia mendampingi agar peserta dapat melakukan suatu hal. Untuk itu diperlukan karakter pengkader yang ulung bagi seorang naqib. Karena ialah yang akan senantiasa berinteraksi dengan para peserta mentoring untuk dibutuhkan pula kemampuan merangkul dan mempengaruhi dari seorang naqib.
  3. Petunjuk jalan, seorang naqib diharapkan dapat sebagai pembimbing bagi para peserta usroh untuk menapaki masa depannya. Dalam hal ini seorang naqib perlu memahami potensi dari peserta usroh dan memberinya alternatif pilihan terkait masa depannya. Sebagai contoh kecil, dalam hal memilih sub-jurusan pada sebuah program studi, seorang naqib dituntut untuk bisa memberikan gambaran yang jelas mengenai pilihan yang ada, dan memberikan rekomendasi kepada peserta usroh. Oleh karena itu seorang naqib diharapkan dapat memiliki karakter pemimpin yang bisa mengarahkan peserta usroh.
  4. Pembentuk Mentor baru, kebutuhan dakwah kampus akan mentor atau naqib senantiasa bertambah, oleh karena itu seorang naqib diharapkan dapat membentuk karakter peserta usroh  untuk dapat menjadi naqib di masa yang akan datang.
Seleksi mentor
Kualitas seorang mentor sangat menentukan kualitas peserta mentoring, diperlukannya seleksi yang ketat mengenai siapa saja yang berhak menjadi mentor perlu dilaksanakan dalam rangka mencapai tujuan tersebut. Pada bagian sebelumnya saya sudah memaparkan mengenai karakter mentor ideal, akan tetapi ada satu hal yang perlu dimiliki oleh semua mentor dan menjadi syarat mutlak, yakni intregitas.  Intregitas disini adalah tidak sekedar kejujuran, akan tetapi bentuk komitmen seseorang untuk melakukan sesuatu dan mengerjakan apa yang telah ia katakan. Kebutuhan intergitas bagi seorang mentor sangat diperlukan untuk menunjang optimasi kinerja dari pengelolaan permentoringan.
Seleksi terkait kelayakan mentor akan saya paparkan dengan proses transformasi seorang peserta mentoring hingga ia bisa menjadi seorang mentor. Pertama, seorang mentor mengidentifikasikan peserta mentoringnya untuk mengikuti sekolah mentor, sehingga syarat pertama yang diperlukan adalah ia haruslah sehat secara keberjalanan permentoringannya, atau ia harus mengikuti mentoring. Kedua, ia diharuskan mengikuti pembinaan calon mentor, yang akrab saya sebut dengan istilah sekolah mentor, syarat kedua adalah ia harus mengikuti dengan seksama dan kehadiran tinggi dalam proses sekolah mentor. Ketiga, mengikuti tes atau seleksi formal yang diadakan oleh tim pengelolaan mentoring, seleksi ini meliputi kapasitas pribadi seorang calon mentor, seperti kualitas dan kuantitas amalan ibadah harian, kemampuan pemahaman materi, dan seleksi lainnya yang diperlukan untuk menjadi serang mentor. Keempat, seorang calon mentor, diharapkan dapat mengikuti proses pemagangan atau belajar menjadi mentor, proses ini diharapkan dapat mengasaha sense untuk menjadi seorang mentor. Kelima, jika secara kapasitas individu seseorang telah memilki kecapakan sebagai seorang mentor, ia diharapkan dapat mengisi lembar perjanjian komitmen diri sebagai seorang mentor.  Adanya kontrak sosial ini diharapkan dapat meningkatkan tanggung jawab mentor dalam menjalankan amanahnya. Kontrak sosial ini berisikan hal-hal yang menunjang agenda permentoringan, seperti siap meluangkan waktu untuk mengisi mentoring setiap pekannya, siap untuk mengikuti pembinaan mentor, dan siap melaporkan data keberjalanan mentoring secara rutin.

Sistem pengelolaan data
Salah satu parameter yang bisa dinilai untuk mengevaluasi keberjalanan permentoringan adalah pendataan yang baik, yakni bagaimana data yang berasal dari mentor dapat sampai kepada pengelola mentoring secara berkala dan tepat waktu. Saya akan memaparkan sedikit mengenai bagaimana pengelolaan data, agar pengelolaan data permentoringan dapat berjalan dengan baik. Pemaparan saya akan saya partisi menjadi tiga sub-bagian, yakni sistem jaringan pengumpul data,pola pengumpulan data, dan database terpusat.
Jaringan Pengumpul Data
Pada kondisi dimana jumlah mentor semakin banyak dan tersebar di seluruh penjuru kampus, maka sistem jaringan pengumpul data diperlukan untuk mempermudah arus tersampainya informasi. Konsep dari sistem ini adalah meng-estafetkan data dari mentor ke pengelola mentoring dengan perantara pengelola mentoring di tingkat tertentu. Jika digambarkan dalam bentuk bagan, akan tampak seperti di bawah ini.
Cloud Callout: Arus DataOrganization Chart
Dengan adanya jaringan ini diharapkan dapat terbentuk hirarki data dan informasi. Data disini yang dimaksud adalah terkait presensi keberjalanan mentoring, atau rekomendasi tertentu, sedangkan informasi adalah bentuk info yang sekiranya dibutuhkan oleh peserta mentoring.
Pola pengumpul data
Pola pengumpul data adalah metode untuk melaporkan data keberjalanan mentoring. Banyak sekali cara untuk mengumpulkan data ini, akan tetapi untuk memudahkan mentor, sekiranya pengelola mentoring diharapkan dapat memberikan variasi pilihan kepada mentor untuk mengumpulkan data. Bentuk variasi pengumpulan data antara lain            :

  • Via sms, pengumpulan data keberjalanan via sms ini sebetulnya merupakan cara yang paling mudah, yakni hanya dengan SMS ke nomor tertentu saja dengan ketentuan yang disepakati. Contoh ketik : nama mentor<spasi>tanggal mentoring<spasi>materi<spasi> izin:nama1,nama2,nama3,dst<spasi> sakit:nama1,nama2,nama3,dst<spasi> alpha:nama1,nama2,nama3,dst... dan kirim ke nomor hotline mentoring.
  • Via email, pihak pengelola cukup dengan membuat template yang harus di isi dan di email setelah menjalankan agenda permentoringan
  • Via data box, pihak pengelola menyediakan kotak data khusus di sekretariat LDK, dan pihak mentor cukup mengisi template kertas yang sudah tersedia dan memasukkan ke kotak
  • Via database online, pada tahap yang lebih advance, LDK bisa menyediakan perangkat IT pendukung, sehingga mentor cukup mengakses situs tertentu dan mengisi form yang telah tersedia di layar komputer.
Sistem database terpusat
Sistem database terpusat adalah bentuk one-sheet database  yang berisikan tentang keberjalanan mentoring pada jangka waktu tertentu. Bentuk dari database ini bisa dalam bentuk microsoft excel atau lainnya,akan tetapi hal terpenting dalam database ini adalah, data ini harus bisa di akses oleh seluruh pemegang kebijakan dakwah kampus yang berhak untuk melihat data ini dalam rangka menentukan sebuah kebijakan tertentu.
Kurikulum
Mentor biasanya akan menyampaikan materi berdasarkan kurikulum yang tersedia. Kurikulum dalam proses pendidikan adalah hal yang penting, selain akan berfungsi sebagai manhaj (pedoman) dalam menyampaikan materi, kurikulum biasanya juga dibuat dengan marhalah (tahapan) yang menyesuaikan kondisi peserta mentoring. Untuk itu diperlukan adanya penyusunan kurikulum yang sesuai dengan kondisi kekinian dan kesinian.
Kurikulum untuk permentoringan tahap awal, perlu lah menekankan pada tiga hal, yakni aqidah, akhlak, dan ibadah. Penekanan pada tiga hal ini bukan tanpa alasan, karena memang tiga hal inilah yang diyakini sebagai fondasi awal seorang kader dakwah atau bahkan fondasi seorang muslim. Pada tahap kurikulum mentoring tahap lanjut barulah menekankan pada hal bersifat fiqih, dan dakwah. Adanya penyesuaian ini diharapkan dapat memberikan dampak positif terhadap keberterimaan materi.
Saya akan memberi beberapa contoh tema materi untuk mentoring tahap awal, sebetulnya ini bukan materi yang baru, akan tetapi perlu adanya-lagi lagi- pengemasan, bahkan sampai pada tema materi, seperti : thank you Allah ; muhammad is the real idol ; insan akademis ; ungkapan cinta untuk ayah dan bunda; life excelent ; the miracles of holy Qur’an ; hidupku ibadahku ; gue bangga menjadi seorang muslim, dan lain sebagainya.
Buku buku mengenai materi mentoring saat ini sudah bisa didapat di berbagai tempat, yang terpenting bagi pengelola mentoring adalah merangkai materi yang ada agar terbetuk sebuah tahapan pembelajaran yang tepat dan bisa diterima oleh peserta dan mentor mengerti bagaimana memahamkan sebuah materi kepada peserta mentoring.
Sekolah Mentor
Aspek kelima yang harus disiapkan adalah sekolah mentor. Sekolah mentor adalah sebuah sarana yang digunakan oleh pengelola LDK untuk membentuk calon mentor di masa yang akan datang. Sekolah mentor ini diharapkan dapat berjalan rutin sepanjang tahun, sehingga proses regenerasi dapat senantiasa berjalan. Terkait sekolah mentor, sudah saya seringkali saya paparkan hampir dalam setiap aspek lainnya, karena memang kelima aspek ini saling terkait. Sekolah mentor ini diikuti oleh peserta mentoring yang aktif dalam hal kehadiran dan direkomendasikan oleh mentor yang membinanya. Walau memang, seharusnya semua peserta mentoring mengikuti sekolah mentor, akan tetapi adanya rekomendasi dapat memberikan jaminan komitmen dari peserta untuk mengikuti sekolah mentor ini.
Konten dari sekolah mentor seputar segala hal yang diperlukan agar seseorang siap menjadi seorang mentor, secara umum ada tiga konten umum yang perlu disampaikan, yakni :
  1. Pemahaman dakwah dan kaderisasi, terkait dasar-dasar pemahaman dakwah yang diperlukan, sehingga mentor melakukan aktifitas mengisi mentoring dengan berfondasikan paradigma dakwah yang kokoh.
  2. Penguasaan materi dasar, penguasaan materi dasar ini akan menjadi bekal awal dalam menyampaikan materi di awal-awal mengisi mentoring
  3. Kemampuan komunikasi dan menguasai peserta mentoring, kemampuan mendinamisasi kelompok, serta cara menyampaikan materi yang tepat agar peserta paham dan menarik untuk didengar.
Selain itu, diperlukan pula adanya latihan mengisi mentoring dalam bentuk simulasi dengan sesama peserta, agar peserta bisa mulai belajar untuk menjadi mentor yang baik. Pemberian tips dan trick khusus dari para pementor senior pun, perlu diberikan agar peserta sekolah mentor bisa memahai medan mentoring dengan baik.
Materi pendukung lainnya di sekolah mentor, adalah meningkatkan kualitas dan kuantitas amalan ibadah harian peserta, seorang mentor, memerlukan kekuatan maknawiyah yang kuat agar dapat optimal dalam memberikan materi. Peningkatan amalan ibadah harian ini bisa dilakukan dalam bentuk motivasi dan pengecekkan secara rutin ibadah harian pada setiap pertemuan sekolah mentor. Perlu kita dipahamkan pula bahwa kekuatan rabbaniyah lah yang akan bisa menopang aktifitas dakwah seorang kader.



Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer

0 komentar: