Oleh: Rendra Sahaja
Barangsiapa
hendak pergi berjuang
Niat
yang lurus selalulah dipasang
Tiada dipungkiri lagi, bahwasannya
hati senantiasa bergejolak, tiadalah ia konstan merasakan gelora semangat, ada kalanya
rasa lemah itu melekat menggerogoti tiap sendi perjuangan, menolak sepakat akan
kegiatan positif yang telah berjejer rapi dalam diary . sejenak kita merenung,
bila kita tiada enggan membuka kembali lembaran silam tentang sejarah perjuangan para sahabat, yang
mengadukan perihal kelabilan ghiroh yang ia rasa, adalah Hanzhalah yang dijangkiti virus ini, lemah
bila jauh dari Rasulullah, kembali semangat bila ia dekat di sampingnya. Maka
Rasulullah Saw dengan bijak menjawab,
“Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, seandainya
kalian senantiasa berada di sisiku [bersemangat] dan senantiasa masygul
mengunyah dzikir, niscaya para malaikat pun akan menyalami kalian di atas
tempat pembaringan dan di jalan-jalan kalian. Namun wahai Hanzhalah, ada
kalanya begini dan ada kalanya begitu.” Beliau mengucapkannya sebanyak tiga
kali (HR. Muslim)
Bertolak dari hadits di atas,
dapatlah kita ambil kesimpulan bahawa rasa lemah dalam berjuang adalah rasa
yang manusiawi. Wajar memang semangat itu kadang memuncak menjulang mencapai
langit, tapi ada kalanya pula benar-benar
terjerembab ke bumi teramat dalam. Kendatipun demikan itu hal yang
wajar, tapi tiadalah kita boleh
menganggapnya suatu perkara rasa yang boleh dipiara. Sungguh “lemah darah”
dalam dakwah ini tiada dapat dijadikan hujjah untuk meninggalkan amal
perjuangan. Mengapa? Tersebab Allah dengan Maha Indah telah berfirman:
"Maka
apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan
sungguh-sungguh (urusan) yang lain" (Q.S. Al-Insyirah : 8)
Rasulullah
SAW bersabda pula,
“Setiap amal itu ada masa-masa semangat dan setiap masa-masa
semangat ada masa futur. Barangsiapa yang masa futurnya tetap dalam sunnah,
maka dia telah beruntung. Namun barangsiapa yang masa futurnya membawa kepada
mendurhakai sunnah, maka dia telah celaka.” (Hadits Shahih riwayat Ahmad,
2/158-188, Shahih Al-Jami’ As-Shaghir, no. 2147)
Tatkala “lemah darah” dalam
perjuangan dakwah ini melanda, futur dalam beramal, maka Allah dan
Rasul-Nya tiada memberikan saran agar kita berhenti berdiam diri tidak
melakukan apa-apa kebaikan. Rasulullah SAW malah memberi catatan agar kita bisa
mencari jalan untuk kita tidak larut dalam kemalasan. Coba deh kita cari
amal-amal ringan yang bisa menjadi
pemantik semangat dalam beribadah dan melanjutkan perjuangan. Jangan malah berhenti
mendadak tak beramal sama sekali, ibarat sungai yang semua dera mengalir,
tiba-tiba keriing kerontang, maka banyak sekali sumber kehidupan yang ikut mati
pula. Lemah dalam berjuang sehari akan membuat kita ketagihan menambah daftar
kemalasan sehari lagi, tambah lagi, dan begitu seterusnya, maka segera putus
tali kemalasan itu dengan menyicil ibadah-ibadah yang ringan.
Hiburan tiada
salahnya karena hiburan itu indah
Tapi pabila
salah memilihnya membuat kita jadi bersalah (Raihan: Hiburan tiada salahnya)
Begitupula sebaliknya menggebu semangat dalam beramal dan
berjuang itu bukan berarti tidak mengenal rehat. Kita boleh rehat memilih
hiburan bagi jiwa, tapi yang perlu dicatat disini adalah hiburan yang dipilih
adalah hiburan yang bermanfaat dan dapat mengembalikan lagi ghiroh kekuatan
berjuang, rehat dalam beribadah bukan berarti pensiun dari tugas dakwah,
Jauhkan hati dari niat untuk bersegera merampungkan suatu
tugas dakwah agar bisa beristirahat, tapi sejatinya segerakanlah berrehat agar
bisa menikmati kembali aktivitas-aktivitas dakwah!
Karena sesungguhnya waktu yang
tersisa jauh lebih sedikit dari kewajiban yang ada,
-Hasan Albanna-
Maka kemalasan para aktivis di saat
target dakwah masih belum tercapai merupakan sebentuk 'kemaksiatan'. Dakwah ini adalah kendaraan yang
menghantarkan umat pada kemenangan dan kejayaan. Maka ketika para aktivis
melemah, boleh jadi ia sudah
memperlambat laju kendaraan, bahkan boleh jadi kembali memperpanjang jarak dengan
tujuan yang divisikan dalam gerakan dakwah.
Oke, paradigmanya begini, “Semakin terasa
berat kita mengerjakan amal ibadah, semakin berat pula pahala yang akan didapat”
yuk deh sama-sama kita saling menyemangati, biar tidak gugur di medan perjuangan.
Eh ternyata juga, futur yang melanda
ini adalah fase dimana Allah akan menyeleksi pemuda mana, dan pejuang mana yang
ikrar pertamanya untuk tegar di jalan dakwah ini, berhujung pula dengan syahid
menyapa.
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja)
mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? dan
Sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, Maka
Sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan Sesungguhnya Dia mengetahui
orang-orang yang dusta.” (Al-Ankabut: 2-3)
Nah, mau jadi yang digantikan atau yang menggantikan? Apakah kita
mau jadi yang terseleksi dan tergolong kepada orang-orang yang lemah komitmen
dan pendusta?
Barangsiapa
hendak pergi berjuang
Niat
yang lurus selalulah dipasang
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer
0 komentar:
Posting Komentar