Menata hati, tatkala jalan dakwah hening menyepi.

Posted by Unknown On 21.11 No comments



 
Oleh: Rendra Sahaja

Barangsiapa hendak pergi berjuang
Niat yang lurus selalulah dipasang

Tiada dipungkiri lagi, bahwasannya hati senantiasa bergejolak, tiadalah ia konstan merasakan gelora semangat, ada kalanya rasa lemah itu melekat menggerogoti tiap sendi perjuangan, menolak sepakat akan kegiatan positif yang telah berjejer rapi dalam diary . sejenak kita merenung, bila kita tiada enggan membuka kembali lembaran silam  tentang sejarah perjuangan para sahabat, yang mengadukan perihal kelabilan ghiroh yang ia rasa, adalah  Hanzhalah yang dijangkiti virus ini, lemah bila jauh dari Rasulullah, kembali semangat bila ia dekat di sampingnya. Maka Rasulullah Saw dengan bijak menjawab,
“Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, seandainya kalian senantiasa berada di sisiku [bersemangat] dan senantiasa masygul mengunyah dzikir, niscaya para malaikat pun akan menyalami kalian di atas tempat pembaringan dan di jalan-jalan kalian. Namun wahai Hanzhalah, ada kalanya begini dan ada kalanya begitu.” Beliau mengucapkannya sebanyak tiga kali (HR. Muslim)

Bertolak dari hadits di atas, dapatlah kita ambil kesimpulan bahawa rasa lemah dalam berjuang adalah rasa yang manusiawi. Wajar memang semangat itu kadang memuncak menjulang mencapai langit, tapi ada kalanya pula benar-benar  terjerembab ke bumi teramat dalam. Kendatipun demikan itu hal yang wajar, tapi  tiadalah kita boleh menganggapnya suatu perkara rasa yang boleh dipiara. Sungguh “lemah darah” dalam dakwah ini tiada dapat dijadikan hujjah untuk meninggalkan amal perjuangan. Mengapa? Tersebab Allah dengan Maha Indah telah berfirman:
"Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain" (Q.S. Al-Insyirah : 8)
Rasulullah SAW bersabda pula,
“Setiap amal itu ada masa-masa semangat dan setiap masa-masa semangat ada masa futur. Barangsiapa yang masa futurnya tetap dalam sunnah, maka dia telah beruntung. Namun barangsiapa yang masa futurnya membawa kepada mendurhakai sunnah, maka dia telah celaka.” (Hadits Shahih riwayat Ahmad, 2/158-188, Shahih Al-Jami’ As-Shaghir, no. 2147)
Tatkala “lemah darah” dalam perjuangan dakwah ini melanda, futur dalam beramal, maka Allah dan Rasul-Nya tiada memberikan saran agar kita berhenti berdiam diri tidak melakukan apa-apa kebaikan. Rasulullah SAW malah memberi catatan agar kita bisa mencari jalan untuk kita tidak larut dalam kemalasan. Coba deh kita cari amal-amal  ringan yang bisa menjadi pemantik semangat dalam beribadah dan melanjutkan perjuangan. Jangan malah berhenti mendadak tak beramal sama sekali, ibarat sungai yang semua dera mengalir, tiba-tiba keriing kerontang, maka banyak sekali sumber kehidupan yang ikut mati pula. Lemah dalam berjuang sehari akan membuat kita ketagihan menambah daftar kemalasan sehari lagi, tambah lagi, dan begitu seterusnya, maka segera putus tali kemalasan itu dengan menyicil ibadah-ibadah yang ringan.
Hiburan tiada salahnya karena hiburan itu indah
Tapi pabila salah memilihnya membuat kita jadi bersalah (Raihan: Hiburan tiada salahnya)
Begitupula sebaliknya menggebu semangat dalam beramal dan berjuang itu bukan berarti tidak mengenal rehat. Kita boleh rehat memilih hiburan bagi jiwa, tapi yang perlu dicatat disini adalah hiburan yang dipilih adalah hiburan yang bermanfaat dan dapat mengembalikan lagi ghiroh kekuatan berjuang, rehat dalam beribadah bukan berarti pensiun dari tugas dakwah,
                                                        
Jauhkan hati dari niat untuk bersegera merampungkan suatu tugas dakwah agar bisa beristirahat, tapi sejatinya segerakanlah berrehat agar bisa menikmati kembali aktivitas-aktivitas dakwah!
Karena sesungguhnya waktu yang tersisa jauh lebih sedikit dari kewajiban yang ada,
-Hasan Albanna-
Maka kemalasan para aktivis di saat target dakwah masih belum tercapai merupakan sebentuk 'kemaksiatan'.  Dakwah ini adalah kendaraan yang menghantarkan umat pada kemenangan dan kejayaan. Maka ketika para aktivis melemah,  boleh jadi ia sudah memperlambat laju kendaraan, bahkan boleh jadi kembali memperpanjang jarak dengan tujuan yang divisikan dalam gerakan dakwah.
Oke, paradigmanya begini, “Semakin terasa berat kita mengerjakan amal ibadah, semakin berat pula pahala yang akan didapat” yuk deh sama-sama kita saling menyemangati, biar tidak gugur di medan perjuangan.
Eh ternyata juga, futur yang melanda ini adalah fase dimana Allah akan menyeleksi pemuda mana, dan pejuang mana yang ikrar pertamanya untuk tegar di jalan dakwah ini, berhujung pula dengan syahid menyapa.
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? dan Sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, Maka Sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan Sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.”  (Al-Ankabut: 2-3)
Nah, mau jadi yang digantikan atau yang menggantikan? Apakah kita mau jadi yang terseleksi dan tergolong kepada orang-orang yang lemah komitmen dan pendusta?
Barangsiapa hendak pergi berjuang
Niat yang lurus selalulah dipasang




Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer

0 komentar: