Bagaimana Berinteraksi Dengan Lawan
Jenis Di Dunia Nyata Maupun Maya
Oleh: dr. Raehanul Bahraen
“Ustadz bagaimana cara kita menghadapi para akhwat di kampus
ustadz, kalo praktikum ama kuliah kadang ketemu, kalau diskusi tutorial
apalagi? Kita ga lihat mukanya ustadz? Atau ngomong sambil lihat bawah terus?
Atau nengok ke atas terus? Atau bicaranya posisi bersampingan?"
“Ustadz di
kampus banyak cewek-cewek gaul dan penampilannya agak menggoda, awalnya
sih ga tertarik karena yang kayak gitu ga cocok jadi istri, mana mau saya dapet
istri cantiknya dinikmati orang banyak, tapi lama-lama lihat dia kok kayaknya
orangnya enak diajak ngobrol ya, kadang agak keibuan juga? Kayaknya kalo jadi
istri bisa dibina deh, gimana ya ustadz, cara menghadapinya?
“Ustadzah,
gimana nih, ada cowok temen kampus, temen penelitian, orangnya agak awam
tentang agama, baik sih, bertanggung jawabnya dengan penelitiannya, dia juga
anak band lho. Awalnya biasa aja sih sama dia, tapi kan sering ketemu bahas
penelitian, awalnya ngobrol biasa, eh lama-lama dianya kadang curhat dan
tanya-tanya pendapat saya, kadang saya cuekin tapi ga enak juga ditanyain
pendapat ga dijawab, akhirnya dia makin sering sms. Awalnya saya jawab seadanya
aja smsnya, kadang ga saya jawab. Alhamdulillah sudah dapet nasehat bahwa ini
nanti bisa fitnah, akhirnya saya bilang ke cowok itu supaya jangan sms dan
tanya pendapat saya, saya jelaskan baik-baik supaya ia jangan sms dan curhat
dengan saya, cukup sms masalah penelitian aja. Sejak itu dia ga sms lagi, tapi
ustadzah, kok malah saya yang agak galau ya, rasanya agak sepi ga ada sms dari
dia lagi, kok saya mulai sering mikirin dia ya? Berandai-andai seandainya dia
ga awam, udah “ngaji”, apakah saya mulai jatuh cinta ya ustadzah? Beginikah
rasanya kena khamr asmara? Gimana cara menghadapinya ustadzah?”
“Ustadz
tahu ga, di facebook ada istilah “penjahat ta’aruf” ama “ahlun nadzor”, itu tu
ikhwan gadungan yang sering goda akhwat lewat inbox facebook. Ikhwan gadungan
yang jadi “mendadak ustadz” karena sering udpate status agama dan nasehat,
sering buat “note copas ”, tanpa cantumkan sumber, klo kita blok tulisannya
trus, liat di google ternyata tulisan orang lain. Nah yang kayak gini sering
cari temen akhwat, ikut komen, trus inbox dengan kata-kata halus dan memikat inbox
akhwat ajak ta’aruf trus minta tukeran foto, kalo jelek menurut dia, ya sudah
ditinggalin, makanya disebut “ahlun nadzor “ustadz, karena udah banyak yang
akhwat yang digitukan”
“Akhi, apa
salahnya engkau hapus semua frendlist akhwat di akunmu? Kalau memang kamu ga
kuat iman ya jangan! Apalagi masih Jomblo, ga ada yang jagain dan awasi.”
“Ukhti,
jangan sekali-kali menerima pertemanan sama ikhwan, nanti terjerumus lho, mulai
ada ikhwan gadungan di dunia maya, dunia maya sekarang lebih berat dari dunia
nyata karena lebih tersembunyi dan hanya tiga yang tahu hubungan gelap itu, si
ikhwan, si akhwat dan Allah.”
“Idih,
amit-amit tu akhwat, suami orang sering digangguin lewat facebook, ya kalo mau,
tantangin tu ikhwan, berani memadu ga? Jangan maen belakang, kasihan istrinya
khan”
“Subhanallah,
ada istri kecanduan internet sama facebook, suaminya kerja mencari rezeki
seharian, eh eh dia malah asyik facebookan ria ama laki-laki lain, dia senang
banget ama pujian dan kata-kata manis laki-laki itu, curhat-curhatan. Memang
sih suaminya sibuk, tapi kan bisa dikomunikasikan.”
Akibat
dari interaksi laki-laki dan wanita yang sering bercampur-baur
Demikianlah
sekelumit beberapa kasus yang mewakili kisah di dunia nyata dan di dunia maya,
sebagai buah dari hasil interaksi yang tidak terbatas antara laki-laki dan
wanita. Di tempat kita belum sepenuhnya terjadi pemisahan yang ideal interaksi
laki-laki dan wanita yang sejatinya oleh syariat diatur agar terpisah
semaksimal mungkin. Idealnya, kelas terpisah laki-laki dan wanita, kantor
meminimalkan campur aduk dan interaksi wanita serta diberbagai tempat,kemudian
para wanita yang lebih banyak dirumah serat jika keluar rumah menutup aurat
dengan sempurna. Itulah idealnya, ini tidak aneh justru inilah idealnya dan sempurnanya
pengaturan interaksi laki-laki dan wanita.
Inilah
ajaran Islam yaitu membatasi seminimal mungkin interaksi antara laki-laki dan
wanita yang bukan mahram dan meminimalkan bercampur baur. Jangan katakan,
“Ini
aneh! Bagaimana kok memisahkan antara laki-laki dan wanita, susah lho,
bagaimana dong rumah sakit khusus laki-laki, kantor khusus wanita?, Kan
ada yang dikerjakan oleh wanita dan ada yang oleh laki-laki, Biasa aja kok
kelas dicampur laki-laki dan wanita ”.
Maka
kita katakan ini, tidak aneh, semua bisa diatur dan kita katakan adalah
meminimalkan, bukan memisahkan sama sekali. Konsep dan manhaj ini inilah yang
terjadi pada ZamanRasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Konsep pada
zaman keamasan Islam yang membawa Islam menguasai sepertiga dunia hanya dalam
waktu 30 tahun, meruntuhkan dua imperium besar Romawi dan Persia. konsep yang
meminimalkan ikhtilath/campur baur laki-laki dan wanita. Ini
buktinya:
Para
Sahabat radhiallahu ‘anhum saja, dengan keimanan mereka, ketika
bertanya kepada Istri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam –dengan
keimanan mereka juga- harus bertanya dibelakang hijab.
Allah Ta’ala berfirman,
وَإِذَا سَأَلْتُمُوهُنَّ مَتَاعاً
فَاسْأَلُوهُنَّ مِن وَرَاء حِجَابٍ ذَلِكُمْ أَطْهَرُ لِقُلُوبِكُمْ
وَقُلُوبِهِنَّ
“Apabila kamu meminta sesuatu
(keperluan) kepada mereka (isteri-isteri Nabi), maka mintalah dari belakang
tabir. Cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka.” (Al-Ahzab: 53)
Nah,
bagaimana dengan kita yang keimanan kita di bawah keimanan mereka?
Begitu
juga para wanita di zaman Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menutup
aurat mereka secara sempurna, maka tatkala turun ayat hijab mereka berjibab
sempurna seperti gagak hitam (bukan berarti hijab harus hitam saja).
Sebagaimana yang diceritakan oleh Ummu Salamahradhiallahu ‘anha, beliau
berkata,
لما نزلت: يدنين عليهن من جلابيبهن
خرج نساء الأنصار كأن علي رؤوسهن الغربان من الأكسية
Ketika
turun firman Allah (yang artinya), “Hendaknya mereka (wanita-wanita beriman)
mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka” [Al-Ahzab
:59] wanita-wanita Anshar keluar seolah-olah pada kepala mereka terdapat
burung-burung gagak karena warna (warna hitam-red) kain-kain (mereka).”[1]
Begitu
juga kisah Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu yang cemburu
kalau istrinya yang berbelanja di pasar, karena pasar adalah tempat campur baur
dan sulit dipisahkan. Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu pernah
mengirimkan surat kepada salah satu kota, untuk berbicara kepada para
penduduknya. Ia menulis:
“بلغني أن نساءكم يزاحمن العلوج –أي الرجال الكفار من العجم – في
الأسواق ألا تغارون؟ إنه لا خير فيمن لا يغار
“
Telah
sampai kepadaku kabar bahwa perempuan-perempuan kalian berdesak-desakan di
pasar dengan orang-orang kafir non-arab!! Tidakkah kalian cemburu?! Sungguh
tidak ada kebaikan pada orang yang tidak punya rasa cemburu”.
Mereka
yang berpikiran liberal dan terpengaruh pola kehidupan barat tidak terima
dengan hal ini, bagaimana bisa dipisah semua sendi kehidupan antara laki-laki
dan wanita. "Sungguh aneh" kata mereka. Tetapi justru kaum muslimin
yang mengatakan “tidak aneh” ketika orang-orang yang terpengaruh kehidupan
barat dan berpikiran liberal menganggap ajaran ini aneh dan asing, sebab
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam telah mengabarkan jauh
hari sebelumnya bahwa ajaran islam akan dianggap asing.
Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam bersabda,
بدأ الإسلام غريبا وسيعود كما بدأ غريبا. فطوبى للغرباء
“Islam pada awalnya asing dan akan
kembali asing kelak sebagaimana awalnya. Maka beruntunglah bagi orang-orang
yang (dianggap) asing” (HR. Muslim no.145)
Jika
mereka katakan, lihat negara barat maju kok, laki-laki dan wanitanya dicampur.
Maka kita katakan, kemajuaan orang kafir bukan semata-mata karena mereka hebat
tetapi juga karena kelemahan kaum muslimin. Maka kita katakan juga, apakah
Allah sang pencipta lebih mengetahui kebaikan mahluknya atau kalian?
Allah Ta’ala berfirman,
أَأَنتُمْ أَعْلَمُ أَمِ اللّهُ
“Apakah kamu lebih mengetahui ataukah
Allah (yang lebih mengetahui)?” (Al-Baqarah: 140).
Maka
solusi terbaik adalah meminimalkan ikhtilat dan mencegah khalwat laki-laki
dan wanita. Lihat bagaimana akibat dari merajalelanya perzinahan di dunia
barat, zina dianggap biasa bahkan kebanggaan. Zina di jalan-jalan di tempat terbuka,
punya anak sebelum menikah sudah biasa terjadi. Tidak heran suatu saat
menjelang kiamat akan merajalela perzinahan “masuknya timba ke dalam sumur” di
tempat-tempat umum dan jalan-jalan, sehingga orang yang paling baik di zaman
itu adalah yang berkata, “coba kalian lakukan agak dipinggir sana”,
na'udzubillah...
Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam bersabda,
إن من أشراط الساعة : أن يرفع العلم
ويثبت الجهل ، ويشرب الخمر ، ويظهر الزنا
“Tanda-tanda
datangnya kiamat diantaranya: Ilmu agama mulai hilang, dan kebodohan terhadap
agama merajalela, banyak orang minum khamr, dan banyak orang yang berzina
terang-terangan”[2]
Berat
menjaga hati di lingkungan yang bercampur baur laki-laki dan wanita
Inilah
salah sumber perselingkuhan dan perzinahan, lebih-lebih di dunia kampus dan
sekolah yang rata-rata penghuninya adalah mereka yang belum menikah dan kurang
bisa menjaga pandangan. Kita sudah tahu bahwa kita diperintahkan menundukan
pandangan, utamanya bagi laki-laki. Allah Ta’ala berfirman,
قُلْلِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ ذَلِكَ أَزْكَى لَهُمْ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌبِمَا يَصْنَعُونَ
“Katakanlah kepada orang laki-laki
yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara
kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.” (An Nur: 30)
Dan wanita
juga diperintahkan menundukkan pandangan, Allah Ta’ala berfirman,
Allah subhanahu
wa Ta’ala berfirman,
وَقُلْلِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ
“Katakanlah kepada wanita yang
beriman: Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya.” (An-Nuur
: 31)
Akan tetapi
jiwa muda terkadang memberontak, terkadang mata tidak berkedip walaupun ia
sudah tertunduk malu. Terkadang mata seolah melirik secara otomatis kepada dia
yang sedang menyeberang jauh. Tidak heran karena, ia adalah kecenderungan hati
terbesar.
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
مَاتَرَكْتُبَعْدِىفِتْنَةًأَضَرَّعَلَىالرِّجَالِمِنَالنِّسَاءِ
“Tidaklah aku tinggalkan sepeninggalku
fitnah (cobaan) yang lebih berbahaya bagi kaum laki-laki yaitu (fitnah)
wanita.”[3]
Wanitapun
demikian, ia adalah saudara kandung laki-laki. Ia memiliki perasaan yang sama,
memiliki kebutuhan yang sama, lebih-lebih ditambah buaian pujian dan janji
angan-angan.
Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
إنما النساء شقائق الرجال
“Sesungguhnya wanita itu saudara
kandung laki-laki.” [4]
Solusinya
adalah meminimalkan ikhtilath dan mencegah khalwat
Hal ini
sudah tercermin dalam ajaran Islam misalnya saja ketika shalat yaitu orang
datang dengan tujuan beribadah dan khusyu’, maka dipisahkan antara shaf
laki-laki dan wanita bahkan diberi hijab agar tidak bisa melihat satu dengan
yang lain. Karena awal dari fitnah adalah pandangan. Oleh karena itu Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wasallam berkata kepada Ali,
يَاعَلِىُّ لاَ تُتْبِعِ النَّظْرَةَ النَّظْرَةَ فَإِنَّ لَكَ الأُولَى وَلَيْسَتْ لَكَ الآخِرَةُ
“Wahai `Ali, Janganlah kamu ikuti
pandangan (pertama) itu dengan pandangan (berikutnya). Pandangan (pertama) itu
boleh buat kamu, tapi tidak dengan pandangan selanjutnya.” [5]
Begitu
juga mencegah khalwat (berdua-duaan laki-laki dengan wanita tanpa
mahram). Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda:
لايخلون أحدكم بامرأة فإن الشيطان ثالثهما
“Janganlah salah seorang dari kalian
berkhalwat dengan seorang wanita karena sesungguhnya syaitan menjadi orang
ketiga diantara mereka berdua.”[6]
Solusinya
gimana?
Bagaimana
solusinya dengan keadaan lingkungan yang sekarang ini? Kantor campur-baur,
sekolah campur-baur apalagi kampus?
Solusinya
memang berat dan butuh perjuangan karena mau tidak mau, pasti kita bebas
memandang, dan pandangan itu berat, berat dan berat. Tidak heran
Karena Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
النظرإلى محاسن المرأة سهم من سهام إبليس مسموم,
فمن صرف بصره عنهارزقه الله تعالى عبادة يجد حلاوتها
“Memandang kecantikan seorang wanita
adalah panah beracun dari panah-panah iblis. Maka barangsiapa yang memalingkan
pandangan darinya, maka Allah akan memberikan di dalam hatinya sebuah
kelezatan sampai pada hari Kiamat.”[7]
Maka kita
bertakwa semampu kita, Allah Ta’ala berfirman:
فَاتَّقُوا
اللَّهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ.
“Maka
bertakwalah kalian kepada Allah sekuat kemampuan kalian.” (At-Taghabun: 16)
Misalnya
di kehidupan kampus:
-Bergaul
dan berinteraksi secukupnya dan secukupnya dengan lawan jenis
- Tidak
banyak mengikuti kegiatan yang banyak bercampur-baur dengan lawan jenis
- Jika
terpaksa berbicara dengan lawan jenis usahakan “biasa saja” tidak tunduk terus
atau lihat atas terus, agar orang awam tidak merasa tersinggung atau dianggap
aneh/gila atau bahkan bisa lawan jenis menjadi Ge-Er. Seraya berusaha berdoa
kepada Allah agar diberikan kemudahan dan keselamatan hati.
Fitnah
dunia maya tidak kalah dahsyatnya!
Dunia maya
baru berkembang pesat beberapa tahun ini seiring kemajuan komunikasi dan
kemudahan akses internet. Melalui media sosial sekarang laki-laki dan wanita
lebih mudah berinteraksi dan bergaul. Begitu banyak sarananya: facebook,
twitter, e-mail, BBM dan SMS. Bahkan lebih dahsyat karena bisa dilakukan secara
sembunyi-sembunyi dan merasa lebih “aman”. Saling curhat, pendekatan hubungan
gelap, perselingkuhan bahkan dilengkapi dengan kirim-kiriman foto dan video.
Padahal
Islam sudah mengajarkan bagaimana cara berinteraksi. Ya, benar, sama dengan
dunia nyata yaitu meminimalkan campur baur dan meminimalkan kontak dan hubungan
laki-laki dan wanita yang bukan mahram tanpa keperluan dan kepentingan.
Berikut
beberapa solusi ringkasnya:
- Hendaknya
tidak menyimpan nomor Hape lawan jenis jika tidak ada kepentingan sama sekali,
apalagi mencari diam-diam nomor hape wanita yang menjadi incarannya
- Tidak
perlu menjadi teman dalam akun. (beberapa ustadz berpendapat bahwa bagi wanita
mutlak tidak boleh mempunyai teman akun laki-laki non-mahram karena mereka
lebih lemah hatinya, sedangkan laki-laki jika yang mendapatkan beban dakwah,
maka dia melihat mashalah lebih jika dia menerima pertamanan dengan wanita,
maka mereka bisa mendapatkan manfaat dari dia melalui postingan dan tulisannya,
kemudian dia juga bisa menjaga diri misalnya sudah mempunyai istri, maka
laki-laki seperti ini tidak mengapa mempunyai teman akun wanita,wallahu
a’lam.)
- Tidak
perlu memberi komentar kepada status atau twit lawan jenis non-mahram, seperti:
“Masya
Allah, Ukhti tausyiahnya meneyntuh sekali, benar-benar lembut perkataannya”
“Ya akhi,
begitu indahnya nasehat ini, seandainya saya bisa mendapat nasehat seperti ini
setiap hari”
- Begitu
juga dengan SMS dengan lawan jenis, apalagi pendekatan gelap berkedok agama:
“Ukhti,
nanti saya kasi majalah yang membahas tentang masalah ini”
“Ukhti,
jangan lupa shalat dhuha, nanti malam saya miscall buat shalat malam”
“Ukhti,
saya bisa bantu permasalahan ukhti”
Atau yang
lebih parah:
“Saya bisa
ajarkan ukhti bahasa arab langsung di masjid”
“Kebetulan
saya bisa komputer, nanti saya installkan programnya ke rumah ukhti”
- Jangan
pula sering membahas dan membicarakan lawan jenis, misalnya:
“ Si
fulanah cantiknya 8 tapi si fulanah lebih cantik lagi ,nilainya 8,5 euy”
“Si
fulanah asalnya daerah A, sama dengan daerah antum”
“Ada
akhwat ngetop, akhwat kedokteran lho, katanya jadi asisten anatomi, dah lama
ngaji, katanya sih banyak yang ngincer, namanya sampai universitas di pulau A
…”
Demikian
juga akhwat jangan sampai jilbab dan cadar hanya sekedar 'chasing' penutup,
tetapi dibalik hijab dan cadar mulutnya sibuk membicarakan laki-laki dan
menggosipkan laki-laki dari A-Z. Ya, memang benar kata orang “wanita bermulut
dua”. Jika laki-laki berkumpul hanya membicarakan kecantikan wanita dan nama
serta asalnya, akan tetapi jika wanita yang kurang beriman berkumpul, maka ia
bahas laki-laki tersebut dari A-Z dengan berbagai sumber gosip (bigos).
Sampai-sampai
ada ikhwan yang berkata:
“Para
akhwat lebih mengenal teman kita daripada kita mengenal teman kita sendiri”
Inilah
pengakuan para istri-istri, dan maraji’ yang paling shahih
menyatakan demikian, yaitu hadis kisah Ammu Zar’ dan Abu Zar’,:
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ جَلَسَ
إِحْدَى عَشْرَةَ امْرَأَةً فَتَعَاهَدْنَ وَتَعَاقَدْنَ أَنْ لاَ يَكْتُمْنَ مِنْ
أَخْبَارِ أَزْوَاجِهِنَّ شَيْئًا
“Dari ‘Aisyah berkata bahwa Sebelas
orang wanita berkumpul lalu mereka berjanji dan bersepakat untuk tidak
menyembunyikan sedikitpun kabar tentang suami mereka”.[8]
- Begitu juga dengan CP kajian
ikhwan-akhwat. Ikhwan CP kajian leluasa bertanya-tanya dengan akhwat CP kajian.
Padahal ia bisa bertanya dengan orang lain. Maka, sebaiknya CP kajian adalah
ikhwan-akhwat yang sudah menikah. Atau jika tidak ada, sms melalui perantara
mereka. Ingat saat kajian pandangan mungkin bisa dihijab, tetapi hati sulit
dihijab dibalik Handphone atau Facebook.
-hati-hati
main kontak melalui inbox Facebook atau sms, terutama pada “Ikhwan Gadungan
Mendadak Ustadz”. Misalnya rayuan:
“Ukhti,
anti sudah menikah belum? Atau sudah ada calon?”
“Saya
sedang merasa kesepian ukh, sepertinya hampa hidup ini, kayaknya ada yang
kurang”
Atau yang
parah, mengirim puisi atau kata-kata romantis,
“Seandainya
istri saya kelak semisal ukhti, pastilah terisi kehampaan hidup dengan mata air
kebahagiaan”
“Siapa
yang tidak bergetar hatinya, menerima sms dari ketikan tangan yang lembut
lemah-gemulai yaa ukhti”
Ketahuilah
ya ikhwan, akhwat itu cepat GR “Gede Rasa”, merasa diperhatikan oleh orang
lain. Apalagi yang memperhatikan lawan jenis. Wanita itu makhluk yang
sangat manja dan sangat butuh perhatian tetapi jual mahal. Memalingkan
mukanya tetapi hakikatnya sangat ingin menoleh. Mereka cepat GR karena memang
hati mereka lemah, semisal kaca sebagaimana Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam memisalkan wanita dengan kaca. Beliau
bersabda,
رْفَقْ بِالْقَوارِيْرِ
“Lembutlah kepada kaca-kaca (maksudnya
para wanita)”[9]
Demikianlah
risalah yang ringkas ini.
Wa
shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa shahbihi wa sallam
@Lab
Patologi Klinik RS Sardjito,7 Sya’ban 1434 H
Penyusun: dr.
Raehanul Bahraen
Artikel www.muslimafiyah.com
[1] HR
Abu Daud no 4101; dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani
[2] HR.
Bukhari no.80
[3] HR.
Bukhari no.5096 dan Muslim no.7122
[4] HR.
Ahmad no.26195, hasan lighairihi, tahqiq Syu’aib Al-Arna’uth
[5] HR.
Abu Dawud no.2134, dihasankan oleh Syaikh Albani
[6] HR.
Ahmad 1/18, Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam As-Shahihah 1/792
no. 430
[7]HR.
Ahmad
[8]HR.
Bukhari V/1988 no 4893 dan Muslim IV/1896 no 2448
[9]HR
Al-Bukhari no 5856, Muslim no 2323, An-Nasa’i dalam Sunan Al-Kubro no 10326 dan
ini adalah lafal An-Nasa’i
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer
0 komentar:
Posting Komentar