Lika-liku Laki-laki Tak Laku-laku (Bagian 2)

Posted by Unknown On 18.57 No comments

 
“Iya, ada apa?”
“Mbak, kalau mau lihat skripsi di mana ya?”
“Owh, ruangan skripsi? Dari pintu masuk Mas ke kiri, terus belok kanan, lurus aja, kemudian belok kiri lagi. Nah, di situ ruangan skripsi.” Busyet! Ini benar-benar labirin. “Bukan mahasiswa sini ya, Mas?” 
“Eh, iya... eh, bukan,” Rio gelagapan. Ketahuan ia belum pernah ke perpustakaan pusat. “Makasih, Mbak.” Hancur dah reputasinya di depan cewek manis tadi. Padahal dalam hatinya tadi pengen kenalan, siapa tahu beruntung tuh cewek jatuh hati sama dia. Eh, mimpinya Rio di siang bolong, diaminin aja. Kasihan enam tahun di kampus, gak ada cewek yang nyantol. Bukan karena gak ganteng, sih, tapi emang kurang cakep! 
Setelah keliling-keliling, akhirnya ia menemukan ruangan skripsi tersembunyi si sudut paling kiri perpustakaan. Lokasi yang membuatnya ngedumel dalam hati. Setengah jam di ruangan itu, dengan mudah rasa bosan menyergapnya. Berkali-kali mulutnya menganga. Bahkan, ia sempat tertidur di antara rak-rak itu dan terbangun karena tepat di depannya sebuah skripsi jatuh.
Rio kembali, ia menyudahi petualangannya di perpustakaan pusat. Ia menyimpulkan bahwa pekerjaan mencari referensi itu membosankan. Titik. Gak pake koma-koma lagi.
***
Bimbingan kali ini, Bu Yati dengan baik hatinya membelikan empek-empek dari kantin kampus. Eh... tumben-tumbenan, pikir Rio. Yah, mudah-mudahan pertanda baiklah buat Rio.
“Biar kamu semangat bimbingan. Mungkin ibu gak ngasih makan selama ini jadi kamu sedikit lamban.” Ujar Bu yati. Rio mesem-mesem aja.
“Ah, ibu tau aja...”
“Nah, kan, nyambarnya cepat  kalo bimbingan dikasih makan!”
“Ibu juga baru ngasih tau sekarang, kalau dari dulu pasti tiap bimbingan saya sms ibu dulu mau pilih makan apa?”
“Alhamdulillah, artinya ibu gak perlu ngeluarin banyak biaya untuk membimbing kamu lagi.”
“Loh, kok?”
“Iya, ini bab terakhir, kan? Kalau ibu acc, selesai skripsimu, tinggal sidang dan bla bla bla…” Dubraakk.. Ibu ini masih perhitungan aja, gerutu Rio dalam hati.
Pempek lenjer, kapal selam, adaan, dan semua jenis pempek terhidang di meja. Sesekali Rio melirik pempek-pempek yang menggoda tangannya untuk meraihnya. Tapi, seolah Bu Yati membaca pikirannya, setiap kali matanya melirik pempek-pempek itu, Bu Yati akan berceloteh, “Fokus, fokus...”
“Oke, final. Kamu sudah boleh sidang. Bab terakhir kamu saya acc.”
“Yeaahhh…!“ Rio kegirangan, tanpa sadar tangannya menyenggol cuka pempek dan tumpah ruah ke kertas-kertas di atas meja. Sepiring pempek pun tak ayal jadi korban ketika tangannya hendak menyelamatkan sang cuka.
Praaakkkk…
Pempek berserakan di lantai. Cuka bergenangan di meja. Kertas-kertas entah berkas apa berubah warna menjadi kecoklatan. Sedetik kemudian Rio dan Bu Yati terdiam.
“Rioooooooo……!!!” Bu Yati akhirnya histeris dan tanpa sadar tangannya menjewer telinga Rio.
“Maaf, maaf, Bbu.. gak sengaja, Bu,” Rio meringis.
Rio menelan ludah, hilang sudah harapannya makan pempek hari ini. Ia mesti rela membersihkan bekas cuka dan pempek yang berserakan di lantai.
“Bang Rio sekarang udah kerja di sini, ya?” Seorang mahasiswi dengan polosnya bertanya ketika melihat Rio membersihkan lantai ruang dosen.
“Sembarangan! Lo kira gue OB, heh??? Gue lempar sama pempek ini, mau?”
“Eh, bang Rio kok mendadak galak, mau dibantuin, Bang?”
“Wah, kalo itu boleh dech, nih gantiin abang beresin lantai.”
“Gak, maksudnya bantuin doa, Bang.”
“Pergi gak loooooo!”
“Haha.. selamat bekerja, bang Rio...!”
Hari ini memang melelahkan. Setelah semalaman begadang menyelesaikan skripsi, paginya bimbingan dan ditutup bersih-bersih ruang dosen plus bonus disemprot Bu Yati karena berkas-berkasnya turut terkena tumpahan cuka pempek.
***
Gue cuma pengen wisuda dengan bahagia...
Tulis Rio di status Facebook-nya. Dalam hitungan menit saja komentar demi komentar muncul.
Ema Lisnawati Anak Bunda Emang: sekarang gak bahagia, Bang? Kan udah sidang?
Giovanni The Rummi: Emang lu bisa bahagia juga, Yo?
Aristiawan: Udah kagak usah pikirin yang gak ngebahagiain, enjoy aje, boy!
Winda Cuakep: Tumben bang ngegalau? :D
Es Cendol Tanto: Itu derita Lu Yo, menderita mulu! Xixixi.
Beragam komentar muncul dan Rio enggan menanggapi. Dia pun merasa geli sendiri dengan statusnya. Ini kali pertama ia bikin status yang sedikit galau. Tapi, pada akhirnya ia menanggapi obrolan panjang teman-teman Facebook-nya dengan komentar singkat: Gue lagi nyari pendamping wisuda plus pendamping hidup, boy, capek ngejomblo melulu. :D
***
Sore itu, seminggu menjelang wisuda. Rio duduk di gazebo depan mushala, melepas lelah setelah mondar-mandir mengurus semua urusan untuk wisuda.
“Bang Rioooo... selamat yaaa! Traktirannya kapan?” Sarah menghampirinya dengan sumringah dan senyum lebar dua centi kanan, dua centi kiri.
“Makan mulu, lu! Gemuk dikit ngeluh terus nangis-nangis pengen diet.”
“Hahaha... gak gitu juga kali, Bang.. Btw ngapain abang di sini?”
“Gak ngapa-ngapain, istirahat aja abis muter-muter.”
“Muter-muter hati Sarah ya, Bang?”
“Gak. Muter-muter gerobak bakso! Ganggu aja nih anak. Pergi sana!”
“Eh, abang lagi merhatiin ukhti-ukhti yang di mushala itu ya? Cieee, bang Rio, cieee...”
“Kepo lu!”
“Ngaku aja, Bang. Cieee…”
“Pregi, lu, gerah gue!”
“Bang, kalo suka sama ukhti-ukhti, abang mesti jadi akhi-akhi dulu. Gimana si ukhti mau sama abang, abang aja kayak gini? Lihat tuh penampilan abang, acak-acakan gitu. Jangan-jangan gak mandi dua hari lagi?”
“Sembaranga,n lu. Gini-gini gue mandi tiga kali sehari!”
“Bohong! Dosa lho, Bang! Nambah si ukhti gak mau.”
“Udahan, pergi sana, lu.”
“Hahaha... Bang, laki-laki yang baik itu untuk wanita yang baik, begitu pula sebaliknya.” Sarah beranjak dan meninggalkan Rio tercenung di gazebo. Mungkin ada benarnya perkataan Sarah, bisa jadi karena itu juga ia tak laku-laku padahal ia selalu bermimpi mendapatkan pendamping hidup seorang muslimah yang baik. Atau karena jauh dari Allah juga skripsinya sekian semester tak laku-laku alias tak di-acc-acc oleh dosen pembimbingnya, pikir Rio.
***
Rio mengambil sajadah di lemarinya. Entah berapa lama sajadah ini tak ia pakai. Sehelai sarung dan kopiah pemberian ibunya pun telah lama sekali tak ia gunakan. Senja ini, jelang Maghrib, ia mengguyuri tubuhnya dengan air dan berwudhu.
Azan Maghrib berkumandang dan Rio melangkahkan kaki menuju masjid yang tak begitu jauh dari kostannya. Dengan senyum sumringah, ia masuk ke masjid tanpa menghiraukan teriakan seorang laki-laki di belakangnya. Ia masuk pintu masjid dan langkahnya terhenti.“Kok isinya cewek semua?” 
“Maaf, Mas, pintu cowoknya di sana. Mari...” Dari belakang suara seorang laki-laki mengejutkannya. Ia melangkah, masih ia dengar cekikikan dari belakang. Mungkin Allah menghukumku atas kelalaianku selama ini, bisa jadi ini belum seberapa, pikir Rio.
Hari ini sujud pertamanya setelah sekian sujud ia tinggalkan. Sebuah janji ia ikrarkan kepada dirinya sendiri, ia akan menjadi muslim yang lebih taat lagi.

Inderalaya, 25 November 2013



Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer

0 komentar: