Ushuluddin dan Tantangan Modernitas

Posted by Unknown On 03.31 No comments


Ushuluddin dan Tantangan Modernitas
Oleh: Ibn Khaira Aziz

Belakangan ini sejak berubahnya, IAIN  menjadi UIN. Calon mahasiswa baru, banyak yang tidak lagi tertarik dengan Fakultas-fakultas yang tidak memiliki repotasi prospek kerja yang jelas. Mahasiswa baru saat ini lebih melirik fakultas-fakultas yang memiliki prospek kerja yang jelas. Fakultas Ushuluddin merupakan salah satu dari sekian Fakultas yang jarang dimininati oleh mahasiswa saat ini.
Ironisnya, ada salah satu PTAIN yang sudah menghapus Fakultas Ushuluddin, padahal Ushuluddin bisa dikata sebagai jantungganya PTAI. Hal ini, dikarenakan Ushuluddin menawarkan ilmu-ilmu murni yang meliputi akidah dan dasar-dasar Islam baik al-Qur’an dan Hadis. Filsafat yang semua itu dianggap terlalu melangit dan tidak mampu menyentuh masyarakat bumi. Terlepas dari itu ada sebagian kalangan ingin mengumpulkan fakultas agama menjadi Fakultas Dirasah Islamiah dengan satu Jurusan yaitu Jurusan Studi Islam.
Dengan adanya realitas seperti ini, Ushuluddin ditantang untuk mempertahankan eksistensinya sebagai satu-satunya fakultas yang concern dengan persoalan-persoalan ilmu murni. Ada klaim yang perlu diklarifikasi dan ditanggapi secara serius oleh-orang-orang Ushuluddin saat ini, Ushuluddin yang dulunya disinyalir sebagai Jantung PTAI akhir-akhir ini dianggap fakultas Madsu yang hanya bisa memproduk Out put yang prematur. Out put mahasiswa Ushuluddin saat ini hanya bisa menjadi da’i-da’i momentuman yang tergantung pada musim semisal pada bulan Ramdhan.
Mempunyai pekerjaan yang jelas, sekarang ini sangat diidamkan oleh berbagai kalangan masyarakat negeri  in, tak terkecuali mahasiswa. Tragisnya lagi, akhir-akhir ini mempunyai pekerjaan yang mewah, semisal menjadi PNS berhasil merasuki otak bangsa negeri ini. Bahkan para Sarjana yang baru lulus dari Perguruan Tinggi banyak memburu itu, mereka mengangga dengan menjadi PNS hidupnya bisa tenang sampai akhir hayat. Sedangkan lulusan fakultas Ushuluddin hanya bisa mendaftar di beberapa tempat saja, ruang lingkupnya sangat sempit sekali, padahal secara kualitas lulusan dari fakultas ini mampu berkompetisi dalam berbagai bidang.
Diakui atau tidak, pada awal trendnya FakultasUshuluddin menjadi salah satu, Fakultas faforit yang mampu menyedot banyak peminat dari berbagai lapisan masyarakat. Tentu saja hal tersebut dikarenakan Fakultas ini menawarkan Ilmu-ilmu murni yang menuntut mahasiswanya kritis menghadapi berbagai persoalan. Sehingga menjadi wajar jika Ushuluddin masa lalu mampu melahirkan tokoh-tokoh dan pemikir-pemikir yang produktif semisal, Mukti Ali (Mantan Rektor IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta), Harun Nasution (Mantan rektor IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta), Nurcholis Madjid (Pendiri Yayasan Paramadina), Jamal D Rahman (Sasterawan).
Setidaknya beberapa tokoh di atas dijadikan motivasi dan daya tarik bagi mahasiswa untuk masuk PTAI khususnya Fakultas Ushuluddin. Namun sebab bergulirnya Modernitas masyarakat kita telah ditarik pada ruang pragmatis dan praktis. Bahkan dunia pendidikan sekalipun juga diukur dengan pragmatisme. Sehingga menjadi wajar, mereka memasuki Perguruan Tinggi, Fakultas atau Jurusan yang menjanjikan pekerjan, kemudian semata medapatkan uang. Hal ini memang bukan orientasi yang salah, namun kesadaran akan profesi ini jangan dijadikan sebagai orientasi. Sehinga penting kemudian mahasiswa Ushuluddin tidak hanya didik menjadi pekerja tetapi juga didik untuk menjadi pemimpin yang tidak gampang diabaikan oleh orang lain.
Sarjana  Ushuluddin juga paling tidak bisa menjadi leder pada pada bidangnya dan juga  diharapkan mampu menjawab tantangan zaman, dengan meningkatnya problematika kebangsaan, seperti komflik-komflik yang sering kita dapatkan saat ini dan bernuansa keagamaan baik yang bersifat vertical ataupun horizontal yang bertentangan dengan nilai-nilai etika dan moral adanya penafsiran dan  pemahaman agama yang sempit  serta minimnya pengetahuan agama orang lain, akhir-akhir ini kekerasan yang terjadi intra dan antar umat beragama, suku dan budaya sebagai tanda etika dan moral bangsa ini sudah mulai dipingirkan sehingga membuat bangsa ini menjadi sorotan dunia. Beberapa persoalan tersebut adalah medan kajian sarjana Ushuluddin, jadi mahasiswa Ushuluddin mempunyai medan yang jelas, hanya saja SDMnya yang penting untuk dibangun sejak dini.
Dapat dibayangkan Fakultas Ushuluddin dengan prodi Aqidah dan Filsafat dengan concern pemikiran-filosofis diharapkan menjadi solutif dari berbagai persoalan-persoalan kebangsaan yang kian hari semakin kompleks. Tafsir Hadis diharapkan mampu menjawab tantangan zaman yang mengelobal, problematika sosial yang semakin yang pelik dengan merujuk pada al-Qur’an dan Hadis. Prodi Perbandingan Agama diharapkan mampu mengatasi pemasalahan-permasalahan lintas suku dan Agama yang akhir-akhir ini menjadi gejala sosial yang mengkecambah. Dan Prodi Sosiologi Agama diharapkan mampu menumpas berbagai persoalan keagamaan terkait dengan akidah-akidah yang berkembang saat ini, kemudian diselesaikan secara resoludi konflik.
Terlepas dari semua dari semua itu, banyak kasus-kasus yang menjadi medan kajian para sarjana Ushuluddin, seperti terorisme yang serta merta menggunakan dalil al-Qur’an dan al-Hadits sebagai pijakan bagi khalalnya, gerakan kekerasan yang dilakukan. Dengan berdalih bahwa, jihad di jalan Allah adalah suatu kewajiban bagi umat muslimin untuk dilakukan. Selain juga konflik-konflik yang terjadi dalam internal Islam terkait dengan perbedaan tafsir, pemahaman terhadap kitab suci, kampanye negara Islam Indonesia dan masih banyak yang lainnya. Ushuluddin dengan jurusan yang ada semisal Aqidah dan Filsafat, Perbandingan Agama mempunyai hak untuk membicarakan masalah itu, menawarkan solusi tentunya menjadi harapan bersama bangsa ini.
Namun persoalannya adalah terletak pada mutu Ushuluddin saat ini, apakah Ushuluddin saat ini sudah mempersiapkan mahasiswanya dengan bekal kreatifitas dan produktifitas telah dilakukan? Menjawab pertanyaan sederhana tersebut tentunya harus melibatkan berbagai element di Fakultas ushuluddin, tidak bijaksana kemudian ketika hanya menumpuhkan pada mahasiswa, demikian juga sebaliknya dipandang tidak arif jika hanya di peruntukkan kepada pihak dekanat dan dosen. Namun ini adalah persoalan bersama yang harus segera diselesaikan oleh orang-orang Ushuluddin.
Tugas Mahasiswa Ushuluddin saat ini, salah satunya adalah menjaga kesetabilitasan hubungan intra ataupun antar umat beragama di negeri ini. Maka, kemudian tugas tersebut sulit tercapai tanpa adanya dukungan dari pihak kampus, sebut saja profesionalisme dosen. Hal itu masih di pandang kurang tanpa adanya dukungan moral dari pihak dekanat. Mungkin bahasa sederhanya dekanat harus mensupport dana bagi mahasiswa Ushuluddin untuk melakukan penbelitian-penelitian dan massifitas proses kreatif.

)* Mahasiswa Aqidah dan Filsafat Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta



Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer

0 komentar: